Pabrik gula telah ada sejak abad 18
ketika Indonesia dijajah Pemerintah Hindia Belanda. Saat itu Pemerintah Hindia
Belanda mendirikan pabrik gula mempertimbangkan aspek suburnya lahan dan
ketersediaan pekerja serta peluang pasar. Pada tahun 1929 hasil produksi pabrik
gula mencapai 3 juta ton yang dihasilkan oleh 179 pabrik gula hal tersebut
menempatkan Indonesia pada urutan kedua pengekspor gula di dunia setelah Kuba.
Pada masa penjajahan Jepang di Indonesia pabrik-pabrik gula dimaksimalkan untuk
keperluan perang sehingga pabrik-pabrik gula yang ada saat itu tidak
dipergunakan sebagai mana fungsinya, namun digunakan sebagai sarana pendukung
dan memproduksi keperluan perang. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1957
pabrik-pabrik gula yang ada dinasionalisasi.
Perkembangan pabrik-pabrik gula yang
ada di Indonesia semakin melemah sejak tahun 1991 sampai 2001 hal tersebut diindikasikan
pada tidak optimalnya hasil produksi gula, tahun 2010 hasil gula nasional hanya
mampu memenuhi 45% kebutuhan nasional sedangkan sisanya sebanyak 55% harus
impor. Pusat Penelitian perkebunan Gula Indonesia menyebutkan bahwa
kebutuhan gula nasional mencapai 5,1 juta ton sedangkan hasil produksi nasional
hanya berkisar 2,3 juta ton artinya terdapat defisit sekitar 2,7 juta ton.
Perkembangan hasil produksi gula dengan jumlah kebutuhan serta jumlah defisit
gula nasional tersajikan dalam tabel dibawah ini
Tahun
|
Produksi
|
Konsumsi
|
Impor
|
|||
1997
|
|
3.363.300
|
|
|||
1998
|
|
|
1.811.732
|
|||
1999
|
1.488.617
|
3.360.000
|
2.187.133
|
|||
2000
|
|
|
|
|||
2001
|
|
|
|
|||
2002
|
|
|
|
|||
2003
|
|
|
|
|||
2004
|
|
|
|
|||
2005
|
|
|
|
|||
2006
|
|
|
|
|||
2007
|
|
|
|
|||
2008
|
|
|
|
|||
2009
|
|
|
|
Sumber
: Kementerian Pertanian 2010
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Institute Pertanian Bogor lemahnya hasil
produksi sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gula nasional disebabkan
berbagai permasalahan yang dihadapi oleh pabrik gula, menurut hasil penelitian
tersebut permasalahan-permasalahan yang dihadapi pabrik gula antara lain karena:
1.
Masalah-masalah On farm:
a. Sulitnya
penambahan areal baru dan mempertahankan lahan yang sudah ada
b. Penyediaan
agro input untuk budidaya tebu belum tepat jumlah, waktu, harga, dan mutu
c. Kurangnya
sarana irigasi/pengairan, terutama untuk wilayah pengembangan di lahan kering
d. Keterbatasan
alat pengolahan tanah terutama di lahan kering
e. Keterbatasan
infrastruktur (jalan produksi, jembatan) terutama untuk wilayah pengembangan di
luar Jawa
f. Fungsi
kelembagaan petani belum optimal dalam mendukung peningkatan produksi dan
produktivitas
g. Penerapan
teknologi budidaya oleh petani yang belum optimal terkait dengan keterbatasan
permodalan
h. Manajemen
tebang muat angkut (TMA) belum mencapai standar manis bersih segar (MBS)
i. Penataan
varietas tebu yang masih terhambat
2.
Masalah-masalah Off farm:
a. Tingkat
efisiensi pabrik (overall recovery) masih jauh dibawah standar
b. Kinerja
mesin dan peralatan pabrik gula yang kurang memadai
c. Rendahnya
tingkat otomatisasi pabrik yang mempengaruhi efisiensi dan daya saing usaha
d. Pengalihan
teknologi proses sulfitasi menjadi karbonatasi belum menjadi pertimbangan oleh
perusahaan gula
e. Belum
berkembangnya diversifikasi produk termasuk energi untuk meningkatkan daya
saing industri gula.
3. Masalah lainnya yang dihadapi industri gula
antara lain:
a. Belum terjaminnya pendapatan petani dari aspek
penetapan harga gula
b. Belum optimalnya peran lembaga riset dalam
upaya peningkatan kinerja pergulaan nasional
c. Belum optimalnya dukungan lembaga
keuangan/perbankan dalam mendukung revitalisasi industri gula nasional
d. Masih lemahnya peran dan fungsi kelembagaan
usaha/koperasi dan kelembagaan organisasi petani tebu dalam mendukung upaya
peningkatan produksi dan pendapatan
e. Kebijakan fiskal (tarif bea masuk, pajak,
retribusi serta berbagai pungutan) belum sepenuhnya mendukung pengembangan
industri gula
f. Belum adanya kebijakan terpadu untuk industri
pergulaan nasional
g. Belum terealisasinya SNI wajib untuk standar
gula kristal putih (GKP)
Berdasarkan
hasil penelitian diatas, maka secara ideal usaha-usaha dalam rangka mencari
solusi dengan target tahun 2014 Indonesia telah swasembada gula harus segera
dilakukan. Prioritas usaha-yang dapat dilakukan antara lain:
1.
Melakukan restrukturisasi pabrik gula untuk peningkatan
produktivitas dan efisiensi pabrik gula
2.
Pendirian pabrik gula baru di pulau jawa maupun pulau luar jawa
3. Penyuluhan, pembimbingan dan pemberian modal kepada kelembagaan
petani dalam rangka penerapan teknologi budidaya sehingga terjadi peningkatan
produktifitas
4. Melakukan diversifikasi produk sehingga akan meningkatkan daya
saing pabrik gula sekaligus memberikan energi bahan bakar alternatif seperti
etanol
Selain identifikasi masalah, prioritas solusi untuk meningkatkan
hasil produksi dengan target swasembada gula ditahun 2014, pabrik gula memiliki
tantangan dan peluang. Tantangan sebagai contoh Direktur Utama PTPN II, Hataram
Muda Nasution yang menyatakan dalam dengar pendapat dengan komisi IV DPR RI
dimana ia menyatakan bahwa ingin menutup usahanya saat ini karena banyak
hambatan dan rintangan yang dihadapi, hambatan dan rintangan yang dihadapi
menurutnya meliputi masalah lahan, faktor cuaca yang mengakibatkan pasokan tebu
menurun. Namun selain tantangan ada pula peluang sebagai contoh PTPN X melalui
Direktur Utama Subiyono menyatakan bahwa produksi gula dari PTPN X terbesar di
Indonesia, dan dalam rangka meningkatkan hasil produksi PTPN X akan memperluas
lahan dari posisi 72.000 hektar menjadi 76.000 hektar, terobosan lain yang
dilakukan oleh PTPN X antara lain mendirikan pabrik gula modern terintegrasi di
Pulau madura hal ini direncanakan akan dimulai pada tahun 2014. Pabrik gula
modern terintegrasi dari hulu ke hilir merupakan sebuah konsep pabrik gula yang
tidak hanya berorientasi pada pencapaian hasil produksi gula namun juga produk
turunan sebagai contoh bioetanol dari tetes tebu, listrik 25 MW dalam program
co-generation dari ampas tebu dan pupuk kompos. Peluang lain dari rencana PTPN
X adalah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat hal ini dimungkinkan karena
seandainya terjadi perluasan lahan dan pendirian pabrik baru maka akan menyerap
tenaga kerja yang cukup banyak.
Wisata Main Gula
Usia pabrik gula yang
terdapat di Indonesia telah mencapai 67 – 176 tahun, artinya pabrik gula
memiliki nilai historis yang tinggi. Nilai historis yang terdapat di pabrik
gula dapat dioptimalkan untuk menjadi objek wisata seperti mendirikan Museum
Gula yang berada di Pabrik Gula Gondang Baru, Klaten, Jawa Tengah.
Pabrik gula yang memiliki
nilai historis yang tinggi harus dapat dioptimalkan sebagai objek wisata yang
menarik untuk pengunjung. Konsep objek wisata sejarah yang menarik tidak hanya
menyuguhkan berbagai macam peralatan membuat gula dari masa ke masa namun juga
membawa pengunjung untuk aktif misalnya menanam tebu, menggiling tebu sampai
pada hasil akhir berupa gula termasuk membuat produk turunan dari gula seperti
etanol dan permen.
Wisata
main gula dengan konsep tempat dikemas dengan tema gula dan produk turunannya menyuguhkan
berbagai macam wahana dalam satu area. Terdapat wahana jejak sejarah pabrik
gula disini menyuguhkan berbagai macam benda-benda peninggalan bersejarah yang
berkaitan dengan pabrik gula. Wahana membuat gula, menyuguhkan proses menanam
tebu, menggiling tebu, membuat gula, membuat etanol sampai membuat permen atau
gulali. Wahana out bond menyuguhkan berbagai permainan baik high impact maupun
low impact seperti flying fox, papan titian, jembatan goyang. Wahana kolam
renang yang menyediakan berbagai tipe kolam renang dan fasilitasnya.
Konsep
wisata main gula memiliki pangsa pasar dunia pendidikan dari jenjang KB, TK,
SD, SMP, SMA bahkan perguruan tinggi. Dalam dunia pendidikan mengenal konsep
kontekstual learning, konsep active learning, fun learning, PAIKEM GEMBROT dengan
konsep yang tersebut maka Wisata Main Gula sejalan konsep pendidikan yang
berorientasi pencapaian tujuan pendidikan. Wisata main gula dapat dipromosikan dengan
model pemasaran melalui iklan, pamflet dan proposal ke sekolah-sekolah dan
perguruan tinggi.
Selain
pangsa pasar dunia pendidikan wisata maen gula juga menjadi pangsa pasar
potensial bagi keluarga, sebuah objek wisata sejarah, pendidikan yang dikemas
dengan wahana permainan anak dan keluarga sebuah objek wisata yang jarang
ditemukan di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar