Sebuah Persembahan Terbaik Untuk Orang Ter-baik
Teruntuk
Istri dan Anak Tercinta
‘’Jika engkau memang telah yakin dengan keputusan
mu, maka aku bertawakal kepada Allah. Aku yakin engkau adalah anugerah terindah
yang Allah berikan kepadaku. Dengan mengucap Basmallah aku terima pinanganmu.
Aku tunggu kedatanganmu bersama orang tuamu’’
Kubaca SMS balasan dari calon istri saat dengan
penuh keharuan. SMS yang berisi jawaban untuk melanjutkan proses perkenalan
kami menuju jenjang yang lebih tinggi yaitu pernikahan. Tiga hari setelah SMS
itu ku terima, aku datang bersama kedua orang tua untuk meminang secara resmi
kepada kedua orang tua calon istriku. Alhamdulillah pinanganku diterima oleh
kedua orang tua calon istriku dan menyepakati tanggal, bulan pernikahan.
Dua bulan setelah pinangan, aku melaksanakan
resepsi pernikahan. Aku ingat ketika ikrar janji didepan penghulu dan saksi
untuk setia dan bertanggungjawab menjalankan amanah sebagai suami. Ikrar janji
yang senantiasa tertanam dalam hati dan pikiran. Resepsi pernikahan pun
diadakan dengan kesederhanaan namun tetap elegan. Seluruh teman dan istriku
hadir mendoakan pernikahan kami agar kelak menjadi keluarga sakinah, mawaddah
dan warohmah.
Hari-hari pertama pasca resepsi pernikahan
merupakan hari yang luar biasa. Luar biasa karena aku telah memiliki istri,
setiap hari tidak pernah terlupa susu hadir menemani pagi, candaan tawaan
menghiasi hari-hari pertama pernikahan kami sampai satu minggu usia pernikahan,
kami memutuskan untuk mengontrak sebuah rumah petak, rumah kecil namun bersih
indah, rumah yang layak kami sebut sebagai surga di dunia.
Usia satu bulan pernikahan kami ternyata istriku
terlambat mendapat siklus bulanan. Aku beserta istri mengunjungi dokter untuk
memeriksakan kondisi istri dan ternyata istriku dinyatakan positif mengandung
dengan usia kandungan 2 minggu. Hufff….luar biasa tanpa terasa aku akan menjadi
seorang ayah. Rasa senang, khawatir bercampur harapan menyeruak kedalam hati
dan pikiran. Hari-hari ku jalani dengan penuh perhatian mendampingi istri yang
tengah hamil, perhatian akan pola makan, vitamin dan cek secara berkala ke
dokter aku lakukan sampai menyiapkan perlengkapan persalinan istri, sebagai
suami aku ingin memberikan yang terbaik untuk istriku.
Sampai hari itu pun tiba, hari yang kami
tunggu-tunggu, hari persalinan istriku tercinta, seluruh keluarga besar kami
hadir mendampingi persalinan istriku. Ku dampingi proses persalinan istri
sampai akhirnya suara anakku menyeruak menghiasi seisi ruangan. Hmm…aku telah
menjadi seorang ayah, tanpa terasa air mata berkumpul dalam kelopak mata, ku
dekati telinga anakku, ku lantunkan suara azan dan iqomah. Dalam hati kuberkata
‘’anakku ini aku ayahmu selamat datang di dunia, jadilah engkau kelak anak yang
sholeh, yang berguna bagi orang tua, agama, bangsa dan negara’’.
Satu minggu aku dan istri mencari alternatif nama
yang terbaik untuk anakku, dan alhamdullillah kami telah dapatkan nama yang
terbaik, nama yang menggambarkan doa dan harapan kami sebagai orang tua. Aku
dan istri memberi nama anak kami Tsaqif Taufiqurrahman Al-Fatih yang memiliki
arti Anak pertama yang cerdas, pintar yang kelak dapat sukses didunia dan
diakhirat. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas kelahiran putra
kami dan menyiarkan nama putra kami, kami adakan acara aqiqahan yang dihadiri
keluarga besar dan teman-teman terdekat.
Hari-hari pun berlalu anak ku tumbuh semakin hari
semakin besar, kebahagiaan dari sisi perhatian terhadap tumbuh kembang, kasih
sayang, dan materi senantiasa aku dan istri berikan. Sebagai ayah aku ingin
memberikan dan mempersembahkan yang terbaik untuk anakku. Hingga kini anakku
telah beranjak makin dewasa usianya telah memasuki 2 tahun 7 bulan, aku telah
harus memikirkan tentang pendidikan nya diusia dini pada jenjang formal.
Berpikir dan bertindak yang terbaik untuk istri
dan anak senantiasa aku lakukan, hingga keputusan untuk berpindah rumah dari
kontrakan petakan ke kontrakan rumah yang cukup besar aku lakukan dengan
harapan aku dapat membuka bimbingan belajar sehingga dapat menambah pemasukan
bulanan, untuk dapat mengontrak rumah yang besar, rumah yang cukup untuk aku
membuka bimbingan belajar memerlukan biaya yang besar sehingga aku memberanikan
diri meminjam uang ditempat aku bekerja dan ternyata masih belum mencukupi
sampai akhirnya aku harus menjual emas mahar simbol ikatan pernikahan, dalam
hati saat itu aku berjanji mengganti emas mahar tersebut dengan jumlah yang
lebih besar, walaupun sampai saat ini belum tertunaikan. Doa dan usaha
senantiasa ku lakukan untuk menunaikan janji hatiku terhadap istri sampai saat
ini dan aku yakin janji itu kelak akan tertunaikan dengan jumlah yang sangat
besar. Sehingga dengan bangga aku dapat mempersembahkan yang terbaik untuk
istriku.
***
Sahabat cerita diatas merupakan cerita nyata
kehidupan suami dan istri. Istri sholehah yang senantiasa mendukung dan
memahami suami. Suami amanah yang menjaga kehormatan istri, tidak pernah
merendahkan istri, senantiasa memahami dan pengertian, senantiasa berusaha
memberikan kebahagiaan kepada istri, suami yang senantiasa membimbing istri
menuju ridho ilahi, suami yang tidak seperti Bupati Garut Aceng Fikri tentunya.
Sahabat persembahan terbaik saya, persembahkan
kepada anak dan istri saya. Istri yang senantiasa mendukung setiap aktivitas
suami. Istri yang rela bekerja demi membantu ekonomi keluarga.. Istri yang
merelakan emas mahar dijual demi mendukung usaha suami. Istri yang senantiasa
sabar menemani suami saat suka maupun duka. Istri yang dengan sabar dan keibuan
mendidik anak kami.Istri yang memasak, mencuci bahkan menyetrka pakaian
walaupun dalam kondisi lelah mendera.
Istriku biarlah seisi dunia tahu, bahwa aku
mencintai mu. Love u honey …..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar