Keluarga
adalah lingkungan sosial pertama yang ditemui anak ketika anak diizinkan untuk
melihat dan menikmati dunia. Pertemuan dengan ibu, ayah dan lingkungan dalam
keluarga itu sendiri menjadi subjek sosial yang nantinya akan membentuk dasar
anak dengan orang lain. Hubungan anak dengan keluarga merupakan hubungan yang
pertama ditemui anak. Hubungan anak dengan orang tua dan anggota keluarga
lainnya dapat dianggap sebagai suatu sistem yang saling berinteraksi.
Sistem-sistem tersebut berpengaruh pada anak baik secara langsung maupun tidak,
melalui sikap dan cara pengasuhan anak oleh orangtua.
Banyak
yang dipelajari anak dalam keluarga, terutama hubungannya dengan orangtua.
Kasih sayang dan cinta kasih yang anak kembangkan dalam hubungan sosialnya, erat
hubungannya dengan apa yang anak terima dan rasakan dalam keluarganya. Ketika
anak merasa disayangi, anak belajar juga untuk berbagi kasih sayang dengan
temannya. Sebaliknya jika pengasuhan yang anak terima selalu menyalahkan anak,
anak akan belajar mengembangkan perilaku yang
sama ketika ia bermain dengan teman-temannya.
Tipe Pola Asuh Orang Tua
1.
Pola
asuh demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang
memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan
mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari
tindakannya pada rasio atau pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap
realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang
melampaui anak. Orang tua tipe ini juga memberikan pendekatannya kepada anak
bersifat hangat. Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai
dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat semacam
aturan-aturan yang disepakati bersama. Orang tua yang demokratis ini yaitu orang
tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung
2.
Pola
asuh otoriter
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar
yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang
tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau
melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak
segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam
komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan
umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. Pola asuh otoriter
ditandai dengan orang tua yang melarang anaknya dengan mengorbankan otonomi
anak. Pola asuh otoriter mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orang tua.
3.
Pola
asuh permisif
Pola asuh ini memberikan pengawasan yang
sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakuka sesuatu tanpa
pengawasan yang yang cukup darinya. Mereka cebderung tidak menegur atau
memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit
bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya
bersikap hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. Pola asuh permisif
ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan
berperilaku sesuai dengankeinginan anak. Pelaksanaan pola asuh permisif atau
dikenal pula dengan pola asuh serba membiarkan.
Anak bagi orang tua adalah investasi di masa
depan. Anak yang berbakti, anak yang soleh/ah dan anak yang sukses akan membawa
orang tua pada kebahagiaan dihari tua dam diakhirat kelak. Sebaliknya anak yang
durhaka, anak yang cuek dan jauh dari agama, bukan tidak mungkin akan membawa
kesengsaraan orang tua dimasa tua.
Oleh karena itu mendidik dengan pola asuh yang tepat
insha allah akan membentuk anak menjadi anak yang berbakti, anak yang soleh/ah
dan anak yang sukses, anak yang berguna bagi orang tua, keluarga, sesama dan
bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar