Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar PKn Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model
STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Siswa Kelas VI-B SD Al Bayan
Islamic School
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam
menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu,
guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan
kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam
mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar,
maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar.
Guru berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak sebagai
fasilitor yang berusaha mencipatakan kondisi belajar mengajar yang efektif,
sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran
dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan
menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal
tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang
memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar karena siswalah
subyek utama dalam belajar.
Mengajar adalah membimbing belajar siswa sehingga ia
mampu belajar. Dengan demikian aktifitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan
belajar-mengajar sehingga siswalah yang seharusnya banyak aktif, sebab siswa
sebagai subyek didik adalah yang merencanakan, dan ia sendiri yang melaksanakan
belajar. Pada kenyataan, di sekolah-sekolah seringkali guru yang aktif,
sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif.
Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar
aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar
aktif. Namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasana kelompok kecil
akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus.
Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa
kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan
penguasaan materi pelajaran.
“Pembelajaran PKn tidak lagi mengutamakan pada
penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada
pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktifitas peserta
didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas dengan bekerja
dalam kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain”. (Hartoyo,
2000:24).
Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar
siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya.
Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran
dengan mudah karena “siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya
dibanding penjelasan dari guru, karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka
lebih sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam Wahyuni 2001:2).
Pete Tschumi dari Universitas Arkansas Little Rock
memperkenalkan suatu ilmu pengetahuan pengantar pelajaran komputer selama tiga
kali, yang pertama siswa bekerja secaraa individu, dan dua kali secaraa
kelompok. Dalam kelas pertama hanya 36% siswa yang mendapat nilai C atau lebih
baik, dan dalam kelas yang bekerja secaraa kooperatif ada 58% dan 65% siswa
yang mendapat nilai C atau lebih baik (Felder, 199:14).
Berasarkan paparan tersebut di atas, maka peneliti ingin
mencoba melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi
Belajar PKn Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams
Achievement Division) Pada Siswa Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School Semester
Ganjil - Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Rumusan
Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka penulis
merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
peningkatan prestasi belajar PKn dengan diterapkannya metode pembelajaran
kooperatif model STAD pada siswa kelas Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School
Semester Ganjil - Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Bagaimanakah
pengaruh metode pembelajaran kooperatif model STAD terhadap motivasi belajar
PKn pada siswa kelas Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School Semester Ganjil -
Tahun Pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan
untuk:
- Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar PKn setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School Semester Ganjil - Tahun Pelajaran 2011/2012.
- Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar PKn setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School Semester Ganjil - Tahun Pelajaran 2011/2012.
- Memberikan gambaran tentang metode pembelajaran yang tepat dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dan menjadikan siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan
dalam penelitian tindakan yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI METODE PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) PADA SISWA KELAS VI-A
SD AL BAYAN ISLAMIC SCHOOL SEMESTER GANJIL – TAHUN PELAJARAN 2011/2012” yang dilakukan
oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
"Jika Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas Kelas
VI-B SD Al Bayan Islamic School Semester Ganjil - Tahun Pelajaran 2011/2012 menggunakan metode pembelajaran kooperatif
model stad (student teams achievement division) dalam menyampaikan materi
pembelajaran, maka dimungkinkan minat belajar dan hasil belajar siswa kelas Kelas
VI-B SD Al Bayan Islamic School Semester Ganjil - Tahun Pelajaran 2011/2012 akan lebih baik
dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru
sebelumnya".
D. Manfaat
Penelitian
Adapun
maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:
- Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru PKn dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar PKn.
- Sumbangan pemikiran bagi guru PKn dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar PKn.
- Proses belajar mengajar PKn tidak lagi monoton.
- Ditemukannya strategi pembelajaran yang tepat, tidak konvesional tetapi variatif.
- Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok meningkat.
- Menjadikan bahan ajar lebih menarik, sehingga proses pembelajaran sesuai dengan tujuan dan prestasi akademik siswa semakin meningkat.
E. Penjelasan
Istilah
Agar tidak
terjadi salah persepsi terhadap tujuan ini, maka perlu didefinisikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Metode
pembelajaran kooperatif adalah:
Suatu
metode pembelajaran dengan cara mengelompokkkan siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam pemechan masalah dengan
kemampuan siswa dalam setiap kelompok yang heterogen.
2. Motivasi
belajar adalah:
Suatu
proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalan diri
individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertentu.
3. Prtestasi
belajar adalah :
Hasil
belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah
siswa mengikuti pelajaran.
F. Batasan
Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan
masalah yang meliputi:
1. Penelitian
ini hanya dikenakan pada siswa Kelas Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School
Semester Ganjil - Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan November semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012.
3. Materi
yang disampaikan adalah pokok bahasan Sistem Politik Indonesia.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Pengertian
Prestasi Belajar
Hakikat
dari tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada dasarnya adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar berkembang intelektualnya, emosialnya,
dan jasmaninya, yaitu agar peserta didik dapat meraih prestasi yang cemerlang.
Menurut Baban Sarbana dan Dina Diana (2002:27) menyatakan bahwa, “Prestasi
adalah pemanfaatan secara optimal kemampuan kita untuk melebihi rata-rata.
Prestasi berhubungan dengan segala sesuatu yang menjadi hebat karena biasanya
orang memandang seperti itu. Prestasi adalah hasi yang telah dicapai, prestasi
adalah wibawa yang berkaitan dengan prestasi dan kemampuan”.
Dan salah
satu alat ukur prestasi belajar peserta didik adalah nlai rapor. Menurut Siti
Mariyam (2001:48) menyebutkan bahwa, “Nilai rapor dapat memberikan
gambaran prestasi belajar peserta didik”. Dalam konteks prestasi belajar,
yang dapat disebut prestasi belajar adalah dimana nilai yang diperoleh peserta
didik (peserta didik) cukup baik, minimal nilai delapan. Standar prestasi ini
tentunya berbeda satu dengan yang lainnya. Menurut Departemen Pendidikan dan
Nasional R.I menyatakan nilai delapan dikategorikan baik. Maka Standar dari
Departemen Pendidikan Nasional dapat dijadikan sebagai acuan yang resmi
dipakai”.
Prestasi
siswa tidak hanya dilihat dari satu sisi saja, tetapi merupakan satu kesatuan
yang integral yang saling berhubungan, antara satu sama lain. Prestasi belajar
yang dicapai dari peserta didik tidak hanya semata-mata dari nilai akademik
saja, tetapi harus pula dilihat hal-hal yang bersifat non akademik juga.
Menurut Siti Mariyam (2001:49)
menyebutkan bahwa, “Prestasi belajar merupakan suatu hasil dari berbagai
faktor antara lain faktor kemampuan dasar (intelegensi), bakat, cara belajar,
motivasi/dorongan, kondisi fisik anak, fasilitas belajar, lingkungan fisik
anak, keadaan psikologis di rumah, hubungan anak dengan orang tua, hubungan
dengan guru serta hubungan dengan teman. Lebih lanjut dikatakan bahwa, prestasi
belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor pribadi dan lingkungan. Faktor
pribadi berasal dari dalam diri anak meliputi: intelegensi, motivasi, kebiasaan
belajar atau disiplin belajar. Sementara faktor lingkungan meliputi lingkungan
fisik dan non fisik. Keduanya memiliki pengaruh yang relatif seimbang terhadap
prestasi belajar. Faktor lingkungan yang tidak kondusif, seperti
sarana/prasarana yang tidak memadai diduga dapat menyebabkan melemahnya
prestasi. Demikian pula dengan lingkungan non fisik yang diantaranya adalah
hubungan kepada guru, kepala sekolah, karyawan dan peserta didik. Kurangnya
perhatian guru dapat mempengaruhi upaya belajar anak”.
Dalam buku
pedoman penilaian yang disusun Depdikas (2004:5) Bloom menyatakan bahwa, ada
tiga keberhasilan yang dikelompokkan pada tiga unsur, yaitu: “Unsur
Kognitif, mencakup knowledge comprehention, application, analisys
syintesa, dan evaluation (penilaian yang berhubungan dengan kompetensi ilmu
pengetahuan); Unsur Afektif, mencakup receiving/kesadaran, responding,
valuing/nilai kepercayaan, dan characteristic/internalisasi nilai
(penilaian yang berhubungan dengan sikap); dan Unsur Psikomotor,
mencakup skil, dan kemampuan bertindak (penilaian yang berhubungan dengan
keterampilan)”.
B. Pengertian
Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara,
menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14).
Sependapat dengan pernyataan tersebut
Sutomo (1993:68) mengemukakan bahwa, “pembelajaran adalah proses pengelolaan
lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan, sehingga memungkinkan dia
belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.
Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku
yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi
perubahan dalam kebisaaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap
dan lain-lain”. (Soetomo, 1993: 120).
Pasal 1 Undang-undang No.20 tahun 2003
tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa, “pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar”.
Jadi, pembelajaran adalah proses yang
disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk
melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
C. Model
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu
pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk
menetapkan tujuan bersama, pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang
memiliki kemampuan berbeda”. (Felder, 1994: 2).
Metode pembelajaran kooperatif memusatkan
aktifitas di kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk bekerja sama
dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya
sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat
berkreasi secaraa maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena,
pembelajaran kooperatif merupakan metode alernatif dalam mendekati pemecahan
permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan keterampilan
komunikasi dan social karena kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah
hiterogen, mengutamakan dalam mencapai tujuan pembelajaran dalam memupuk dan
melatih kerjasama serta perolehan kepercayaan diri. Dalam pembelajaran ini, “siswa
saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik dan
menerapkan norma yang menunjang pencapaian hasil belajar yang tinggi”.
(Nur, 1996:4)
Pembelajaran kooperatif mempunyai
unsur-unsur yang perlu diperhatikan. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut :
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahawa mereka “tenggelam
atau berenang bersama”.
2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain
dalam sekelompoknya, disamping tanggungjawab terhadap dirinya sendiri, dalam
mempelajari materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya
memiliki tujuan yang sama.
4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagai tanggung
jawab sama besarnya diantara para anggota kelompok.
5. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan
yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluuh anggota kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka
memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secaraa individual materi yang ditangani
dalam kelompok kooperatif.
Johnson, Johnson, dan Smitt dalam Felder
(199:2) menambahkan unsur-unsur alam pembelajran kooperatif sebagai berikut:
1) Ketergantungan
Positif
Anggota
kelompok harus saling tergantung untuk mencapai tujuan. Jika ada anggota yang
gagal mengerjakan tugasnya, maka setiap anggota harus menerima konsekuensinya.
1) Kemampuan
Individual
Seluruh
siswa dalam satu kelompok memiliki tanggungjawab melakukan pekerjaannya dan
menguasai seluruh bahan untuk dipelajari.
1. Promosi
tatap muka interaktif
Meskipun beberapa kelompok kerja dibagi-bagikan dan dilakukan tiap-tiap
individu, beberapa diantaranya harus dilakukan secaraa interaktif, anggota
kelompok saling memberikan timbal balik.
2. Manfaat
dari penggabungan keahlian yang tepat
Siswa didorong dan dibantu untuk mengembangkan dan mempraktekkan
pembangunan kepercayaan, kepemimpinan, pembuatan keputusan, komunikasi dan
koflik manajemen keahlian.
3. Kelompok
Proses
Anggota kelompok mengatur kelompok , secaraa periodik menilai apa yang
mereka lakukan dengan baik sebagai sebuah kelompok dan mengidenifikasi
perubahan yang akan mereka lakukan agar fungsi mereka lebih efektif di waktu
selanjutnya.
Berdasarkan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif,
Johnson, Johnson dalam Wahyuni (2001:10) menyebutkan peranan guru dalam
pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1. Menentukan
objek pembelajaran.
2. Membuat
keputusan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar sebelum
pembelajaran dimulai.
3. Menerangkan
tugas dan tujuan akhir pada siswa.
4. Menguasai
kelompok belajar dan menyediakan keperluan tugas.
5. Mengevaluasi
prestasi siswa dan membantu siswa dengan cara mendiskusikan cara kerjasama.
D. Keterampilan Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif akan terlaksana dengan baik jika siswa memiliki
keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan-keterampilan kooperatif yang
perlu dimiliki siswa seperti diungkapkan Nur (1996:25) adalah keterampilan kooperatif
tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir.
1. Keterampilan
kooperatif tingkat awal
Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi hal-hal
sebagai berikut:
-
Menggunakan kesepakatan
Menggunakan
kesepakatan artinya setiap anggota kelompok memiliki kesamaan pendapat.
Menggunakan kesepakatan bertujuan untuk mengetahui siapa yang memiliki pendapat
yang sama.
-
Menghargai kontribusi
Maksud
dari menghargai kontribusi yaitu memperhatikan atau mengenal apa yang dikatakan
atau dikerjakan oleh anggota kelompok yang dibuat lain. Tidak selalu harus
menyetujui, dapat saja tidak menyetujui yang berupa kritik, tetapi kritik yang
diberikan harus terhadap ide dan tidak terhadap pelaku.
-
Menggunakan suara pelan
Tujuan menggunakan suara dalam kerja kelompok adalah
agar anggota kelompok dapat mendengar percakapan dengan jelas dan tidak
frustasi oleh suara keras dalam ruangan.
-
Mengambil giliran dan berbagi tugas
Setiap anggota kelompok harus bias menggantikan
seseorang yang mengemban tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab tertentu
dalam kelompok.
-
Berada dalam kelompok
Untuk menciptakan pekerjaan kelompok yang efisien setiap
anggota kelompok harus tetap duduk atau berada dalam tempat kerja kelompok.
Setiap anggota kelompok harus meneruskan tugas yang menjadi tanggungjawabnya
agar kegiatan selesai tepat waktu.
-
Mendorong partisipasi
Anggota kelompok selalu mendorong semua anggota
kelompok untuk memberikan sumbangan terhadap penyelesaian tugas kelompok,
karena jika satu atau dua anggota kelompok tidak berpartisipasi atau hanya
memberikan sedikit sumbangan, maka hasil dari kelompok tersebut tidak akan
terselesaikan pada waktunya atau hasilnya kurang orisinil atau kerang
imajinatif.
-
Mengundang orang lain untuk berbicara
Maksud
dari mengundang orang lain untuk berbicara yaitu meminta orang lain untuk
berbicara agar hasil kelompok bisa maksimal.
-
Menyelesaikan tugas tepat waktunya
Tugas
yang dikerjakan harus diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan agar
memperoleh nilai yang tinggi.
-
Menyebutkan nama dan memandang bicara
Memanggil
satu sama lain menggunakan nama dan menggunakan kontak mata akan memberikan
bahwa mereka telah memberikan kontribusi penting kelompok.
-
Mengatasi gangguan
Mengatasi
gangguan berarti menghindari masalah yang diakibatkan karena tidak atau
kurangnya perhatian terhadap tugas yang diberikan. Gangguan dapat membuat suatu
kelompok tidak dapat menyelesaikan tugas belajar yang diberikan.
-
Menolong tanpa memberi jawaban
Agar
siswa tidak merasa telah memahami atau menemukan konsep dalam memberikan
bantuan tidak dengan menunjukkan cara pemecahannya.
-
Menghormati perbedaan individu
Bersikap
menghormati perbedaan terhadap budaya unik, pengalaman hidup serta suku bangsa
/ ras dari semua siswa dapat menghindari permusuhan dalam kelompok. Ketegangan
dapat dikurangi, rasa memiliki dan persahabatan dapat dikembangkan serta
masing-masing individu anggota kelompok dapat meningkatkan rasa kebaikan,
sensitivitas dan toleransi.
2. Keterampilan
koooperatif menengah
Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi:
-
Menunjukkan penghargaan dan simpati
Menunjukkan
rasa hormat, pengertian dan rasa sensitivitas terhadap usulan-usulan yang
berbeda dari usulan orang lain.
-
Menggunakan pesan “saya”
Dalam
berbicara perlu menggunakan kata “saya” agar orang lain tidak merasa terancam
atau merasa bersalah, sehingga permusuhan dapat dihindari.
-
Menggunakan ketidaksetujuan dengan cara yang
dapat diterima
Menyatakan
pendapat yang berbeda atau menjawab pertanyaan harus dengan cara yang sopan dan
sikap yang baik, karena jika mengkritik seseorang dan memadamkan ide seseorang
dapat menimbulkan atmosfir yang negatif dalam kelompok.
-
Mendengarkan dengan aktif
Mendengarkan
dengan aktif maksudnya menggunakan pesan fisik dan lisan dalam memperhatikan
pembicara. Pembicara akan mengetahui bahwa pendengar secaraa giat sedang
menyerap informasi. Pengertian terhadap konsep akan meningkat dan hasil
kelompok akan menunjukkan tingkat pemikiran dan komunikasi yang tinggi.
-
Bertanya
Bertanya
artinya meminta atau menanyakan suatu informasi atau penjelasan lebih jauh.
Dengan bertanya dapat menjelaskan konsep, seseorang yang sedang tidak aktif
dapat didorong untuk ikut serta, dan anggota kelompok yang malu dapat
dimotivasi untuk ikut berperan serta.
-
Membuat ringkasan
Membuat
ringkasan maksudnya mengulang kembali informasi. Ini dapat digunakan untuk
membantu mengatur apa yang sudah dikerjakan dan apa yang perlu dikerjakan.
-
Menafsirkan
Menafsirkan
artinya menyatakan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda. Informasi dapat
dijelaskan dan hal-hal yang penting dapat diberi penekanan.
-
Mengatur dan mengorganisir
Merencanakan
dan menyusun pekerjaan sehingga dapat diselesaikan secaraa efektif dan efisien. Dengan mengatur dan mengorganisir
tugas-tugas yang diberikan akan dapat diselesaikan dengan efektif dan efisien.
-
Memeriksa ketepatan
Membandingkan
jawaban dan memastikan bahwa jawaban itu benar. Manfaatnya yaitu pekerjaan akan
bebas dari kesalahan dan kekurang tepatan. Pemahaman terhadap bidang studi juga
akan berkembang.
-
Menerima tanggungjawab
Menerima
tanggungjawab bersedia dan mampu memikul tanggungjawab dari tugas-tugas an kewajiban untuk diri sendiri dan kelompok,
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
-
Menggunakan kesabaran
Bersikap
toleran pada teman, tetap pada pekerjaan dan bukan kesulitan-kesulitan, serta
tidak membuat keputusan yang
tergesa-gesa.
-
Tetap tenang / mengurangi ketegangan
Maksud
dari tetap tenang/ mengurangi ketegangan adalah menimbulkan atmosfir yang damai
dalam kelompok. Suasana yang hening dalam kelompok dapat menimbulkan tingkat
pembelajaran yang lebih tinggi.
3. Keterampilan
koooperatif tingkat mahir
Keterampilan
tingkat mahir meliputi hal-hal sebagai berikut:
-
Mengelaborasi
Mengelaborasi berarti memperluas konsep, kesimpulan dan pendapat-pendapat
yang berhubungan dengan topik tertentu. Mengelaborasi dapat menghasilkan
pemahaman yang lebih dalam dan prestasi yang lebih tinggi.
-
Memeriksa secara cermat
Berbicara dengan pokok pembicaraan yang lebih mendalam untuk
mendapatkan jawaban yang benar. Memeriksa secaraa cermat dapat menjamin bahwa
jawabannya benar.
-
Menanyakan kebenaran
Menayakan kebenaran maksudnya membuktikan bahawa jawaban yang
dikemukakan adalah benar atau memberikan alasan untuk jawaban tersebut.
Menanyakan kebenaran akan membantu siswa untuk berfikir tentang jawaban yang
diberikan dan untuk lebih meyakinkan terhadap ketepatan jawaban tersebut.
-
Menganjurkan suatu posisi
Menganjurkan suatu posisi maksudnya menunjukkan posisi kelompok
terhadap suatu masalah tertentu.
-
Menetapkan tujuan
Menetapkan tujuan maksudnya menetukan prioritas-prioritas.
Pekerjaan dapat diselesaikan lebih efisien jika tujuannya jelas.
-
Berkompromi
Berkompromi adalah menentukan pokok permasalahan dengan
persetujuan bersama. Kompromi dapat membangun rasa hormat kepada orang lain dan
mengurangi konflik antar pribadi.
-
Menghadapi masalah khusus
Menghadapi masalah khusus
maksudnya menunjukkan masalah dengan pemakai pesan “saya”, tidak
menuduh, tidak menggunakan sindiran, atau memanggil nama. Hal tersebut
menunjukkan bahwa hanya sikap yang dapat berubah bukan ciri atau ketidak
mampuan seseorang. Semuanya itu
bertujuan untuk memecahkan masalah dan bukan untuk memenangkan masalah. Dengan
hal ini konflik pribadi akan berkurang. Tingkat kebaikan, sensitivitas dan
toleran akan meningkat.
E. Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD
Langkah-langkah
dalam pembelajaran kooperatif model STAD sebagai berikut:
1. Kelompokan
siswa dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga sampai dengan lima orang.
Angota-anggota kelompok dibuat heterogen, meliputi karakteristik kecerdasan,
kemampuan, motivasi belajar, jenis kelamin, ataupun latar belakang etnis yang
berbeda.
2. Kegiatan
pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam menjelaskan pelajaran berupa
paparan masalah, pemberian data, pemberian contoh. Tujuan presentasi adalah
untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa ingin tahu siswa.
3. Pemahaman
konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas kelompok Mereka boleh
mengerjakan tugas-tgas tersebut secaraa serentak atau saling bergantian
menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan masalah dalam kelompok
atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa tidak hanya
dituntut untuk mengisi lembar jawaban, tapi juga untuk mempelajari konsepnya.
Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum selesai mempelajari
materi sampai semua anggota kelompok memahami materi pelajaran tersebut.
4. Siswa
diberi tes atau kuis individual dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong
satu sama lain. Tes individual ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
penguasaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa diberikan soal yang
dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang dimiliki sebelumnya.
5. Hasil
tes atau kuis selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya dan poin
akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi
kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk membentuk skor
kelompok.
6. Setelah
itu guru memberikan penghargan kepada kelompok yang terbaik prestasinya atau
yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan disini dapat berupa hadiah,
sertifikat, dan lain-lain.
Tujuan utama model pembelajaran STAD adalah untuk
memotivasi para siswa untuk mendorong
dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang
disajikan oleh guru. Jika para siswa menginginkan agar kelompok mereka
memperoleh penghargaan, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari
materi yang diberikan. Mereka harus mendorong teman mereka untuk melakukan yang
terbaik dan menyatakan suatu norma bahwa belajar itu merupakan suatu yang
penting, berharga dan menyenangkan.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut
Sukidin dkk. (2002:54) “ada 4 macam
bentuk penelitian tindakan yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai
peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan
terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental”.
Keempat
bentuk penelitian tindakan di atas, ada
persamaan dan perbedaannya. Menurtut Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002
: 55), “ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada: (1) tujuan
utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti
dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian,
dan (4) hubungan antar proyek dengan sekolah”.
Dalam
penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat
berperan sekali dalm proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan
utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik
pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini
perananya tidak dominan dan sangat kecil.
Penelitian
ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan
Tagart (1988:14) menyatakan bahwa, “model penelitian tindakan adalah
berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan
observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai
dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup”.
A. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian
- Tempat Penelitian
Tempat
penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk
memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SD Al Bayan
Islamic School tahun pelajaran 2011/2012.
- Waktu Penelitian
Waktu
penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini
dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Semester Ganjil
- Tahun Pelajaran 2011/2012.
- Subjek Penelitian
Subjek
penelitian adalah siswa-siswi kelas VI-B
SD Al Bayan Islamic Tahun Pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan Sistem
Politik Indonesia.
B. Rancangan Penelitian
Menurut
pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang
terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat
dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan
(Arikunto, Suharsimi 2002:82).
Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah “adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti
dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi
pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses
pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan
dalam mendeteksi memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang
terlibat dalam kegiatan teersebut dapat mendukung satu sama lain”.
Sedangkan
tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
- Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
- Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukn tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.
- Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien
- Metodologi yang harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas, sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
- Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa, “pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan setiap waktu”. (Arikunto, Suharsimi, 2002: 82-83).
Sesuai
dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto,
Suharsimi, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke
siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection
(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I
dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus
spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 3.1. Alur PTK
Penjelasan alur diatas adalah :
- Rancangan/ rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
- Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model STAD.
- Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
- Rancangan/ rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam 3 putaran, yaitu putaran 1,2
dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang
sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif
di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk
memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
C. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini
adalah “tes buatan guru yang fungsinya adalah: (1) Untuk menentukan seberapa
baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan dalam waktu
tertentu; (2) Untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai; dan (3)
Untuk memperoleh suatu nilai”. (Arikunto, Suharismi, 2002: 19). Sedangkan
tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secaraa
individual maupun secaraa klasikal. Disamping itu untuk mengetahui letak
kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa, sehingga dapat dilihat dimana
kelemahannya, khususnya pada bagian mana TPK yang belum tercapai. Untuk
memperkuat data yang dikumpulkan, maka juga digunakan metode observasi
(pengamatan) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam
aktifitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
D. Teknik Analisis Data
Untuk
mengetahui kefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan
analisis data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis dekriptif kualitatif, yaitu suatu
metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai
dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang
dicapai siswa, juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran
serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk
menganalisi tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan siswa setelah
proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara: memberikan
evaluasi berupa soal tes tertulis paa setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
- Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa,
yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
X =
Dengan : X = Nilai
rata-rata
∑ X =
Jumla semua nilai siswa
∑ N = Jumlah siswa
- Untuk ketuntasan belajar
Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar digunakan
rumus sebagai berikut:
P = x 100%
- Untuk lembar observasi
a. Lembar
observasi pengelola metode pembelajarn koooperatif model STAD
Untuk
menghitung lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model
STAD digunakan rumus sebagai berikut:
X
=
Dimana
P1 = Pengamat 1 dan P2 = Pengamat 2
b. Lembar
observasi aktifitas guru dan siswa
Untuk
menghitung lembar observasi aktifitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai
berikut :
%
= x 100 % dengan
X
= =
Dimana
: % =
Presentase pengamatan
X =
Rata-rata
∑
x = Jumlah rata-rata
P1 = Pengamat 1
P2 = Pengamat 2
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data
penelitian diperoleh dari data observasi berupa pengamatan perngelolaan metode
pembelajaran kooperatif model STAD dan pengamatan aktivitas guru dan siswa pada
setiap siklus. Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data
pengamatan pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model STAD yang digunakan
untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas guru
dan siswa. Data tes formatif untuk mengetahui peneingkatan prestasi belajar
siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model STAD.
A. Analisis Hasil Penelitian
1. Siklus
I
a. Tahap
Perencanaan
Pada
tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 1, sial tes formatif I dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan metode
pembelajaran kooperatif model STAD, dan
lembar observasi aktifitas guru dan siswa.
b. Tahap
kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilakasanakan pada tanggal 5 November 2011 di Kelas VI-A SD
Al Bayan Islamic School dengan jumlah siswa 25 siswa. Pelaksanaan metode
pembelajaran kooperatif model STAD melalui tahapan sebagai berikut: (1)
Pelaksanaan pembelajaran, (2) Diskusi kelompok, (3) Tes, (4) Penghargaan
kelompok, (5) Menentukan nilai individual dan kelompok. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah
seorang guru PKn dan Wali Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School. Adapun proses
belajr mengajar mengacu pda rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada
akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagi berikut:
Tabel 4.1 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I
No
|
Aspek yang diamati
|
Penilaian
|
Rata-rata
|
|
P1
|
P2
|
|||
I
|
Pengamatan KBM
A.
Pendahuluan
1.
Memotivasi siswa
2.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
3.
Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya
4.
Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar
|
2
2
|
2
2
|
2
2
|
B.
Kegiatan inti
1.
Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif
2.
Membimbing siswa melakukan kegiatan
3.
Melatih keterampilan kooperatif
4.
Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran
5.
Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan
|
3
3
3
3
|
3
3
3
3
|
3
3
3
3
|
|
C.
Penutup
1.
Membimbing siswa membuat rangkuman
2.
Memberikan evaluasi
|
3
3
|
3
3
|
3
3
|
|
II
|
Pengelolaan Waktu
|
2
|
2
|
2
|
III
|
Antusiasme Kelas
|
2
3
|
2
3
|
2
3
|
|
Jumlah
|
32
|
32
|
32
|
Keterangan : Nilai : Kriteria
1)
: Tidak Baik
2)
: Kurang Baik
3)
: Cukup Baik
4)
: Baik
Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang
baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek yang
mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada
siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan
dilakukan pada siklus II. Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan
siswa seperti pada tabel berikut:
Tabel 42. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I
No
|
Aktivitas Guru yang diamati
|
Presentase
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa
Mengkaitkan dengan pelajaran
sebelumnya
Menyampaikan materi/
langkah-langkah/ strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa
dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan
mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum
pelajaran
|
5,0
8,3
8,3
6,7
13,3
21,7
10,0
18,3
8,3
|
No
|
Aktivitas siswa yang diamati
|
Presentase
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Mendengarkan/ memperhatikan
penjelasan guru
Membaca buku
Bekerja dengan sesama anggota
kelompok
Diskusi antar siswa/ antara siswa
dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/
ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi
|
22,5
11,5
18,7
14,4
2,9
5,2
8,9
6,9
8,9
|
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling
dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan
konsep, yaitu 21,7%. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah
memberi umpan balik/ evaluasi, tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit
yaitu masing-masing sebesar 13,3%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling
dominan adalah mengerjakan/ memperhatikan penjelasan guru yaitu 22,5%.
Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah bekerja dengan sesama
anggota kelompok, diskusi antara siswa/ antara siswa dengan guru, dan membaca
buku yaitu masing-masing 18,7 % 14,4 dan 11,5%.
Pada
siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan metode pembelajaran
kooperatif model STAD sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih
cukup dominanuntuk memberikan penjelasan dan arahan, karena model tersebut
masih dirasakan baru oleh siswa.
Berikutnya
dalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel
4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus I
|
1
2
3
|
Nilai
rata-rata tes formatif
Jumlah
siswa yang tuntas belajar
Presentase
ketuntasan belajar
|
6,79
26
68,2
|
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif model STAD diperoleh nilai rata-rata
prestasi belajar siswa adalah 6,79 dan
ketuntasan belajar mencapai 68,42% atau ada 26 siswa dari 38 siswa sudah tuntas
belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secaraa klasikal
siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya
sebesar 68,42% lebih kecil dari presentase ketuntasan yangt dikehendaki yaitu
sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum
mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif model STAD.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari
hasil pengamatan sebagai berikut:
1)
Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.
2)
Guru kurang bm,aksimal dalam pengelolaan waktu
3)
Siswa kurang aktif selama pembelajaran
berlangsung
d. Analisis
data penelitian siklus I
1) Ranah
Psikomotor
-
Siswa yang mendapat nilai 60 tidak ada
-
Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 15
(38,46%)
-
Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 2 (61,54%)
-
Berarti siswa yang mendapat nilai di atas 70 sebanyak 61,54%, secaraa klasikal termasuk
kategori belum tuntas.
2) Ranah
Afektif
-
Siswa mendapat nilai C sebanyak 6 (15,38%)
-
Siswa yang mendapat nilai B sebanyak 26 (66,67%)
-
Siswa yang mendapat nilai A sebanyak 7 (17,95%)
Berarti siswa yang mendapat nilai di atas C sebanyak
84,62%, secaraa klasikal termasuk kategori tuntas.
e. Revisi
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga
perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya:
1) Guru
perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap
kegiatan yang akan dilakukan.
2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik
dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
3) Guru
harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa
lebih antusias.
2. Siklus
II
a. Tahap
perencanaan
Pada
tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri ari
rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode
pembelajaran kooperatif model STAD dan lembar observasi guru dan siswa.
b. Tahap
kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan paa tanggal 12 November
2011 di Kelas VI-A SD Al Bayan Islamic School dengan jumlah siswa 25 siswa.
Pelaksanan metode pembelajaran kooperatif
model STAD melalui tahapan sebagai berikut; (1) Pelaksanaan pembelajran,
(2) Diskusi klompok, (3) Tes, (4) Penghargaan kelompok, (5) Menentukan nilai
individual dan kelompok. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar,
sedangkan yang bertindak sebagi pengamat adalah seorang guru PKn dan Wali Kelas
VI-A SD Al Bayan Islamic School. Adapun proses belajar mengajar mengacu paa rencana
pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
dilaksanakanbersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir
proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil
penelitian pada siklus II adalah sebagi berikut:
Tabel 4.4 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
No
|
Aspek yang diamati
|
Penilaian
|
Rata-rata
|
|
P1
|
P2
|
|||
I
|
Pengamatan KBM
A.
Pendahuluan
1.
Memotivasi siswa
2.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
3.
Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya
4.
Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar
|
3
3
|
3
4
|
3
3,5
|
B.
Kegiatan inti
1.
Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif
2.
Membimbing siswa melakukan kegiatan
3.
Melatih keterampilan kooperatif
4.
Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran
5.
Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan
|
3
4
4
4
3
|
4
4
4
4
3
|
3,5
4
4
4
3
|
|
A.
Penutup
1.
Membimbing siswa membuat rangkuman
2.
Memberikan evaluasi
|
3
4
|
4
4
|
3,5
4
|
|
II
|
Pengelolaan Waktu
|
3
|
3
|
2
|
III
|
Antusiasme Kelas
1.
Siswa antusias
2.
Guru antisias
|
4
4
|
3
4
|
3,5
4
|
|
Jumlah
|
41
|
43
|
42
|
Keterangan : Nilai : Kriteria
1)
: Tidak Baik
2)
: Kurang Baik
3)
: Cukup Baik
4)
: Baik
Dari tabel
di atas, tanpak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus
II) yang dilaksanakn oleh guru dengan menerapkan metode pembelajarn
kooperatif model STAD mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya, dari seluruh
penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian tesebut belum
merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu
mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya.
Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Dengan
penyempurnaan aspek-aspek I atas alam penerapan metode pembelajarn kooperatif
model STAD diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari
dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa
ynag telah mereka lakukan.
Berikut disajikan hasil observasi akivitas guru dan siswa:
Tabel 4.5. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II
No
|
Aktivitas Guru yang diamati
|
Presentase
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa
Mengkaitkan dengan pelajaran
sebelumnya
Menyampaikan materi/
langkah-langkah/ strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa
dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan
mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum
pelajaran
|
6,7
6,7
6,7
11,7
11,7
25,0
8,2
16,6
6,7
|
No
|
Aktivitas siswa yang diamati
|
Presentase
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Mendengarkan/ memperhatikan
penjelasan guru
Membaca buku
Bekerja dengan sesama anggota
kelompok
Diskusi antar siswa/ antara siswa
dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/
ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi
|
17,9
12,1
21,0
13,8
4,6
5,4
7,7
6,7
10,8
|
Berdasarkan
tabel I di atas, tampak bahwa aktifitas guru yang paling dominan pada siklus II
adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep yaitu 25%. Jika
dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas
guru yang mengalami penurunan adalah memberi umpan balik/evaluasi/ Tanya jawab
(16,6%), mnjelaskan materi yang sulit (11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan
menyajikan hasil kegiatan (8,2%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran
(6,7%).
Sedangkan
untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah bekerja dengan
sesama anggota kelompok yaitu (21%). Jika dibandingkan dengan siklus I,
aktifitas ini mengalami peningkatan. Aktifitas siswa yang mengalami penurunan
adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (17,9%). Diskusi antar siswa/
antara siswa dengan guru (13,8%), menulis yang relevan dengan KBM (7,7%) dan
merangkum pembelajaran (6,7%). Adapun aktifitas siswa yang mengalami
peningkatan adalah membaca buku (12,1%), menyajikan hasil pembelajaran (4,6%),
menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide (5,4%), dan mengerjakan tes evaluasi
(10,8%).
Berikutnya
adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa
terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6. Rekapiltulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus
II
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus I
|
1
2
3
|
Nilai
rata-rata tes formatif
Jumlah
siswa yang tuntas belajar
Presentase
ketuntasan belajar
|
7,29
31
81,58
|
Dari tabel
diatas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 7,29 dan
ketuntasan belajar mencapai 81,58% atau ada 31 siswa dari 38 siswa sudah tuntas
belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar
secaraa klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I.
Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan
bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan
berikutnya siswa lebih termotivasi ntk belajar. Selain itu siswa juga sudah
mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan
diinginkan guru dengan menerapkan metode pembelajarn kooperatif model
STAD.
c. Analisis
data penelitian Siklus I
1) Ranah
Psikomotor
-
Siswa yang mendapat nilai 60 tidak ada
-
Siswa yang mendapat niali tujuh puluh sebanyak
15 (38,46%)
-
Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 24
(61,54%)
Berarti siswa yang mendapat nilai di atas 70 sebanyak 61,54%, secaraa
klasikal termasuk kategori belum tuntas.
2) Ranah
Afektif
-
Siswa yang mendapat nilai C sebanyak 6 (15,38%)
-
Siswa yang mendapat nilai B sebanyak 26 (66,67%)
-
Siswa yang mendapat nilai A sebanyak 7 (17,95%)
Berarti siswa yang mendapat nilai di atas C sebanyak 84,62%, secaraa
klasikal termasuk kategori tuntas.
d. Refleksi
Dalam
pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai
berikut:
1) Memotivasi
siswa
2) Membimbing
siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan
waktu
e. Revisi
Rancangan
Pelaksanan kegiatan belajar pada Siklus II ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus
II antara lain:
1. Guru
dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama
proses belajar mengajar berlangsung.
2. Guru
harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri
siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3. Guru
harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
4. Guru
harus mendistribusikan waktu secaraa baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5. Guru
sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan meberi soal-soal-soal latihan
pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
3. Siklus
III
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap
ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran
kooperatif model STAD dan lembar observasi aktifitas guru dan siswa.
b. Tahap
Kegiatan dan Pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 19 November 2011 di kelas VI-A SD Al
Bayan Islamic School dengan jumlah siswa 25 siswa. Pelaksanaan metode
pembelajaran kooperatif model STAD melalui tahapan sebagai berikut: (1)
Pelaksanaan pembelajaran, (2) Diskusi kelompok, (3) Tes, (4) Penghargaan
kelompok, (5) Menentukan nilai individual dan kelompok. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah
seorang guru PKn dan Wali Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi
pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak
terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa
diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang
digunakan adalah tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang
digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III
adalah sebagai berikut:
Tabel
4.7. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus III
No
|
Aspek yang diamati
|
Penilaian
|
Rata-rata
|
|
P1
|
P2
|
|||
I
|
Pengamatan KBM
A.
Pendahuluan
1.
Memotivasi siswa
2.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
3.
Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya
4.
Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar
|
3
4
|
3
4
|
3
4
|
B.
Kegiatan inti
1.
Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif
2.
Membimbing siswa melakukan kegiatan
3.
Melatih keterampilan kooperatif
4.
Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran
5.
Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan
|
4
4
4
4
3
|
4
4
4
3
3
|
4
4
4
3,5
3
|
|
C.
Penutup
1.
Membimbing siswa membuat rangkuman
2.
Memberikan evaluasi
|
4
4
|
4
4
|
4
4
|
|
II
|
Pengelolaan Waktu
|
3
|
3
|
3
|
III
|
Antusiasme Kelas
1.
Siswa antusia
2.
Guru antisias
|
4
4
|
4
4
|
4
4
|
|
Jumlah
|
45
|
44
|
44,5
|
Keterangan : Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik
2. : Kurang Baik
3. : Cukup Baik
4. : Baik
Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang
diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan
oleh guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model STAD mendapatkan
penilaian cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa
merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan
metode pembelajaran kooperatif model STAD diharapkan dapat berhasil semaksimal
mungkin.
Tabel 4.8. Aktivitas Guru dan Siswa Pada Siklus III
No
|
Aktivitas Guru yang diamati
|
Presentase
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa
Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya
Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
|
6,7
6,7
10,7
13,3
10,0
22,6
10,0
11,7
10,0
|
No
|
Aktivitas siswa yang diamati
|
Presentase
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi
|
20,8
13,1
22,1
15,0
2,9
4,2
6,1
7,3
8,5
|
Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan
pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
yaitu 22,6%, sedangkan aktivitas menjelaskan materi yang sulit dan memberi
umpan balik/evaluasi/tanya jawab menurun
masing-masing sebesar (10%), dan (11,7%). Aktivitas lain yang mengalami
peningkatan adalah mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya (10%), menyampiakan
materi/strategi/langkah-langkah (13,3%), meminta siswa menyajikan dan
mendiskusikan hasil kegiatan (10%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran
(10%). Adapun aktivitas ynag tidak menglami perubahan adalah menyampaikan
tujuan (6,7%) dan memotivasi siswa (6,7%).
Sedangkan
untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus III adalah bekerja dengan
sesama anggota kelompok yaitu (22,1%) dan mendengarkan/memperhatikan penjelasan
guru (20,8%), aktivitas yang mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa
(13,1%) dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru (15,0%). Sedangkan
aktivitas yang lainnya mengalami penurunan.
Berikutnya
adalah rekapitukasi hasil tes formatif
siswa seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9. Rekapiltulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus
II
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus III
|
1
2
3
|
Nilai
rata-rata tes formatif
Jumlah
siswa yang tuntas belajar
Presentase
ketuntasan belajar
|
7,97
36
94,74
|
Berdasarkan
tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 7,97 dan dari 25
siswa yang telah tuntas sebanyak 23 siswa dan 2 siswa belum mencapai ketuntasan
belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar
94,74% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada
siklus III ini di pengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam
menerapkan metode pembelajaran kooperatif moel STAD sehingga siswa menjadi
lebih terbiasa dengan pembelajaran
seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah
diberikan.
c. Refleksi
Pada
tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih
kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode pembelajaran
kooperatif model STAD. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan
sebagi berikut:
1) Selama
proses belajar mengajar guru telah mekasanakan semua pembeljaran dengan baik.
Meskipun ada beberapa aspk yang belum sempurna, tetapi presentase pelaksanaanya
untuk masing-masing aspek cukup besar.
2) Berdasarkan
data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar
mengajar berlangsung.
3) Kekurangan
pada siklus-siklus sebeelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan
sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil
belajar siswa paa siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada
siklus III guru telah menerapkan metode pemebelajaran kooperatif model STAD
dengan baik dan dilihat dari kativitas siswa serta hasil belajar siswa
pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak
diperlukan rvisis terlau banyak , tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan
selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan
tujuan agar pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode
pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan proses belajar mengajar,
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
B. Pembahasan
- Ketuntasan hasil belajar siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahawa metode
pembelajran kooperatif model STAD memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman
siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasanbelajar meningkat dari
siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 68,2%, 81,58% dan 94,74%. Pada
siklus III kketuntasan blajr siswa secaraa klasikal telkah tercapai. Sedangakn
kelompok yang mendapatkan penghargaan adalah kelompok I dengan nilai kelompok
tertinggi sebesar 6,17.
- Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan anlisis
data, diperoleh aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan
mennerapkan metode pembelajaran kooperatif model STAD dalam setiap siklus
mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap presasi belajar siswa
yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap
siklus yang terusa menglami peningkatan.
- Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasakan analisi data, diperoleh aktifitas siswa dalam
proses pembelajran PKn pada pokok bahasan sistem politik dengan metode
pembelajaran kooperatif model STAD yang paling dominan adalah bekerja dengan
sesama anggota kelompok, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru dan iskusi
antar siswa /antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahawa aktifitas
siswa dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktifitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dan menerapkan
pengajaran konstektual model pengajaran berbasis maslah dengan baik. Hal ini
terlihat dari aktivitas guru yang muncul, diantaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa dalam menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi
umpan balik/ evaluasi/ tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas
cukup besar.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dipaparkan selama 3 (tiga) siklus, hasil seluruh
pembahasan serta analisis yang tela dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Metode
pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
PKn.
2. Metode
pembelajaran kooperatif model STAD memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestsi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa
dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,42%), siklus II (81,58%), siklus III
(94,74%).
3. Metode
pembelajaran kooperatif model STAD dapat menjadikan siswa merasa dirinya
mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide,
dan pertanyaan.
4. Siswa
dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu
mempertanggungjawabkan tugas individu maupun kelompok.
5. Penerapan
metode pembelajaran kooperatif model STAD mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
B. Saran
Dari hasil
penelitian yang diperoleh dari uraian sebelum agar proses belajar mengajar PKn
lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka
disampaikan saran sebagai berikut :
1.
Untuk melaksanakan metode pembelajaran
kooperatif model STAD memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru
harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan
dengan Metode pembelajaran kooperatif model STAD dalam pross belajar mengajar
sehingga memperoleh hasil yang optimal.
2.
Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode
pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantiny dapat
menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
3.
Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut,
karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di kelas VI-B SD Al Bayan Islamic
School Semester Ganjil - Tahun Pelajaran 2011/2012.
4.
Untuk peneltian yang serupa hendaknya dilakukan
perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algesindon .
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secaraa Manusiawi.
Jakarata: Rineksa Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2001.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta :
Rineksa Cipta.
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta :
Usaha Nasional.
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang : Aneka Ilmu.
Depdiknas, 2000, Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, 2000, Dirjen Dikdasus Depdiknas, Jakarta
Depdiknas, 2000, Manajemen
Sekolah, Dirjen Dikdasus Depdiknas, Jakarta
Depdiknas, 2007, Himpunan
Perundang-undangan Republik Indonesia Bidang Pendidikan dan Kebudayaan,
Depdikbud Jakarta
Djamarah,Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineksa Putra.
Djamarah,Syaiful Bahri. 2002. psikologi belajar. Rineksa Putra.
Felder, Richad M. 1994. Cooperative Learning In The Technical Corse,
(online), (Pcll\d\My% Document\Coop % 20 Report.
Hadi, Sutrisno. 1982. metodologi research, jilid I.yogayakarta:
yp. Fak. Psikologi UGM.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algesindo
Hasibuan, JJ. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineksa Cipta.
Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya : Universiats Press.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
Nur,Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya . University
Press.
Universitas
Negeri Srabaya.
Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya University
Negeri.
Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru–Karyawan dan
Peneliti Pemula. Bandung :
Alfabeta.
Rustiyah, N.K.1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Aksara.
Siti Maryam, 2001, Status
Gizi, Peer Group dan Aktifitas Harian serta Kaitannya dengan Prestasi Belajar
Remaja Studi Kasus pada dua SMU (SMU Negeri 1 dan SMU BBS) di Kota Bogor,
Tesis Pasca Sarjana yang tidak dipublikasikan, Fateta IPB, Bogor
Soekamto. Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta : PAU-PPAI,
Universitas Terbuka.
Soetomo, 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional.
Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung : Sinar
Baru.
Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.
Sukidin dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya : Insane
Cendekia.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Surakhamad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung : Jemmars.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT. Rineksa
Cipta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru,
Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar