Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas I SD Pada
Materi Bangun Datar dan Bangun Ruang di SD Harapan Bangsa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Matematika
merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk atau
struktur-struktur yang abstrak dan hubungan di antara hal-hal itu. Untukdapat
memahami struktur serta hubungan-hubungannya di perlukan penguasaan tentang
konsep-konsep yang terdapat dalam matematika. Hal ini berarti belajar
matematika adalah belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam bahan-bahan
yang sedang dipelajari, serta mencari hubungan di antara konsep dan struktur
tersebut.
Matematika
disebut ilmu deduktif, karena baik isi maupun metode pencarian kebenaran dalam
matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan umumnya.
Metode pencarian kebenaran yang dipakai oleh matematika adalah metode deduktif,
sedangkan ilmu pengetahuan alam adalah induktif atau eksperimen. Namun dalam
matematika mencari kebenaran itu bias dimulai dengan cara induktif, tetapi
seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus dibuktikan secara
deduktif.
Matematika
disebut ilmu tentang pola, karena dalam matematika sering dicari keseragaman
untuk membuat generalisasi. Matematika adalah ilmu tentang hubungan, karena
dalam matematika konsep-konsepnya satu sama lain saling berhubungan.
Pada
dasarnya tujuan belajar matematika yang sesuai dengan hakikat matematika
merupakan sasaran utama. Sedangkan perananan teori-teori belajar merupakan
strategi terhadap pemahaman matematika. Dengan demikian diharapkan bahwa
matematika dapat dipahami secara wajar sesuai dengan kemampuan anak. Jadi perlu
kita sadari bahwa tujuan akhir dari belajar matematika adalah pemahaman
terhadap konsep-konsep matematika yang relatif abstrak. Sedangkan strategi
teori-teori belajar tentang pengalaman lingkungan dan manipulasi benda konkret
hanyalah sekedar jembatana dalam memahami konsep-konsep matematika tersebut
yang pada akhirnya tetap siswa harus belajar sesuai dengan hakikat matematika.
Sebagaimana
diketahui bahwa objek langsung belajar matematika itu pada hakikatnya
meruapakan penanaman penalaran dan pembinaan keterampilan dari konsep-konsep,
yaitu ide-ide atau gagasan-gagasan yang terbentuk dari sifat-sifat yang sama.
Di lain pihak dihubungkan dengan proses pembelajaran yang diselenggarakan guru
dalam rangka transfer kurikulum, maka konsep-konsep matematika yang tersusun
dalam GBPP matematika SD dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis konsep, yaitu
bahan kajian matematika di SD. Ruang lingkup materi/matematika di SD mencakup:
aritmetika (berhitung), pengenalan aljabar, geometri, pengukuran, dan kajian
data (statistik).
Kelima
unit matematika yang termasuk ruang lingkup dalam pembelajaran matematika di SD
tersebut pada dasarnya adalah untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
dirumuskan dalam bentuk sasaran dan kemampuan yang diharapkan dalam
pembelajaran matematika di SD.
Salah
satu bahan kajian matematika di SD yaitu Unit geometri mengutamakan pengenalan
bangun datar dan bangun ruang. Namun di SD, istilah geometri sendiri tidak
diperkenalkan. Konkret, dan diawali dengan bangun-bangun yang sering dijumpai
para siswa dalam kehidupan seharihari. Bangun-bangun datar yang diperkenalkan
di antaranya segitiga, lingkaran, persegi, persegipanjang, trapezium,
jajargenjang, dan macam-macam sudut. Sedangkan bangun-bangun ruangnya seperti
kubus, balok, limas, kerucut, bola tabung, dan macam-macam prisma. Perlu kita
perhatikan, bahwa yang dimaksud dengan bangun-bangun datar secara konsep adalah
kerangkanya bukan daerahnya, dan yang dimaksud bangun-bangun ruang secara
konsep adalah yang berongga dan berisi, bukan daerah atau ruangnya.
1.2 Rumusan
Masalah
Mengacu
pada latar belakang masalah yang telah diutarakan sebelumnya, maka masalah,
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
- Bagaimana upaya mengatasi kesulitan belajar
siswa pada materi pembelajaran bangun datar dan bangun ruang ?
- Bagaimana penerapan pembelajaran dengan media
pembelajaran terhadap materi bangun datar dan bangun ruang ?
1.3 Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini dapat
diuraikan sebagai berikut :
- Untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar
siswa dalam hal pemeroleh hasil belajar pada materi bangun datar dan
bangun ruang.
- Untuk mengatasi kesulitan belajar siswa
menggunakan media belajar yang relevan. Pada materi bangun datar dan
bangun ruang.
1.4 Pembatasan
Masalah
Berdasarkan
permasalahan yang telah diuraikan latar belakang masalah serta permasalahan
yang dijumpai dalam penelitian tindakan kelas sehubungan dengan kesulitan yang
dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran matematika di kelas I, maka masalah
dalam penelitian ini hanya membahas dalam penelitian ini hanya membahas masalah
dan faktor penyebab siswa sulit atau tidak mampu memahami materi pelajaran
serta pengaruh besar peranan media pembelajaran terhadap keberhasilan proses
belajar mengajar.
1.5 Manfaat
Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
- Bagi siswa sendiri :
a. Memberika motivasi minat belajar siswa dalam
pembelajaran matematika di kelas I
b. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam
membentuk dan meningkatkan keterampilan, pengetahuan, proses belajar
matematika.
c. Untuk mengetahui pengaruh besar media dalam
keberhasilan pembelajaran matematika di kelas I
- Bagi Sekolah yaitu :
a. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan
siswa mengerjakan materi bangun datar pembelajaran di SD
b. Sebagai bahan evaluasi bagi sekolah untuk sebagai
acuan sebagai perbandingan terhadap proses pembelajaran pada tahun berikutnya.
- Bagi Guru yaitu :
a. Mampu meningkatkan ketrampilan mengajar bagi guru
sendiri
b. Mampu mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi
oleh siswa dalam pembelajaran matematika
c. Mampu memperbaiki dan meningkatkan prestasi belajar
bagi siswa.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian
Matematika
Matematika
adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbul yang
padat arti dan semacamnya, sehingga para ahli matematika dapat mengembangkan
sebuah system matematika. Mengingat adanya perbedaan karakteristik itu, maka
diperlukan adanya kemampuan dari seorang pendidik menjebatani antara dunia anak
yang belum berfikir secara deduktif untuk dapat mengerti dunia matematika yang
bersifat deduktif.
Dunia
Matematika meruapakan system deduktif telah mampu mengembangkan model-model
yang merupakan contoh dari system ini. Model-model matematika sebagai
interprestasi dari system matematika ini kemudian dapat digunakan untuk
mengatasi persoalan-persoalan dunia nyata. Manfaat lain yang menonjol adalah
dengan matematika dapat membentuk pola piker anak yang mempelajarinya menjadi
pola piker matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan.
Namun sayangnya, pengembangan system atau model matematika itu tidak selalu
sejalan dengan perkembangan berfikir anak terutama pada anak-anak usia SD.
Menurut
Russefendi (1989;23) menyatakan bahwa matematika itu terorganisasikan dari
unsure-unsur yang tidak didefini9skan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan
dalil-dalil setelah dibuktikan ilmu deduktif.
Selanjutnya
dalam Russeffendi (1988;2) diungkapkan beberapa pendapat tentang matematika
seperti menurut Johnson dan Rising (1972) menyatakanbahwa matematika adalah
pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logic matematika itu
adalah cermat, jelas dan akurat representasinya dengan sibul dan padat, lebih
berupa bahasa simbul mengenai arti daripada bunyi, matematika adalah
pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atu teori-teori dibuat
secara deduktif berdasarkan kepada unsure yang tidak didefiniskan, aksioma,
sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya; matematika adalah ilmu
tentang pola keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni,
keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
Menurut Reys (1984) mengatakan
bahwa matematika adalah telaahan pola hubungan suatu jalan atau pola berfikir,
suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Menurut Kline (1973) bahwa matematika
itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri,
tetapi beradannya itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan
menguasai permasalahan social, ekonomi, dan alam.
Menurut Tambunan (1987;29)
menyatakan bahwa, matematika adalah pengetahuan mengenai kuantiti dan ruang,
salah satu cabang dari sekian banyak ilmu sistematis, teratur, dan eksak.
Matematika adalah angka-angka perhitungan yang merupakan bagian dari hidup
manusia. Matematika menolong manusia memperkirakan secara eksak berbagai ide
kesimpulan. Matematika adalah pengetahuan atau ilmu mengenai logika dan problem-problem
menarik. Matematika membahas factor-faktor dan hubungan-hbungannya, serta
membahas problem ruang dan bentuk. Matematika adalah ratunya ilmu.
2.2 Fungsi
dan Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
2.2.1 Fungsi
Matematika di SD
Fungsinya
mata pelajaran matematika sebagai : alat, pola piker, dan ilmu atau
pengetahuan. Ketiga fungsi matematika tersebut hendaknya dijadikan acuan dalam
pembelajaran matematika sekolah.
Dengan
mengetahui fungsi-fungsi matematika tersebut diharapkan pengelola pendidikan
matematika dapat memahami adanya hubungan antara matematika dengan berbagai
ilmu lain atau kehidupan. Sebagai tindak lanjutnya sangat diharapkan dapat
membantu proses pembelajaran matematika di sekolah.
Siswa
diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau
menyampaikan suatu informasi misalnya melalui persamaan-persamaan, atau
table-tabel dalam model-model cerita atau soal-soal uraian matematika lainnya.
Bila seorang siswa dapat melakukan perhitungan, soal-soal unit Geometri seperti
bangun ruang dan bangun datar, tetapi tidak dapat menyatakan tepat atau
tidaknya operasi yang digunakan atau tidak tahu alasannya, maka tentunya ada
yang salah dalam pengerjaannya atau ada sesuatu hubungan di antara
pengertian-pengertian itu.
Dalam
pengerjaan matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui
pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari
sekumpulan objek (abstraksi). Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh dan
bukan contoh diharpkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep.
Selanjutnya dengan abstrak ini. Siswa dilatih untuk membuat perkiraan terkaan,
atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang
dikembangkan melalui contoh-contoh khusus (generalisasi). Di dalam proses penalarannya
kesemuanya itu harus disesuaikan dengan perkembangan kemampuan siswa, sehingga
pada akhirnya akan sangat membantu kelancaran proses pembelajaran matematika di
sekolah.
2.2.2 Tujuan
Pendidikan Matematika di SD
Tujuan
pendidikan matematika di Jenjang dasar mengacau kepada fungsi matematika serta
kepada tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam GBHN. Diungkapkan dalam
GBPP matematika kurikulum pendidikan dasar, bahwa tujuan umum diberikannya
matematika di jenjang pendidikan dasar meliputi dua hal, yaitu :
a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi
perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang,
melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,
cermat, jujur, dan efektif.
b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan
matematika dan pola piker matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Tujuan
umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar yang pertama di atas
memberikan penekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa. Sedangkan
pada tujuan yang kedua memberikan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari
ilmu pengetahuan lainnya.
Adapun
tujuan khusus pengajaran matematika di jenjang pendidikan dasar ini terbagi
menjadi dua bagian besar. Pertama tujuan pengajaran matematika di SD dan yang
kedua tujuan pengajaran matematika di SLTP.
Diungkapkan
dalam GBPP Matematika SD, bahwa tujuan pengajaran matematika di SD meliputi
empat hal, yaitu :
1) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan
berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari;
2) Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat
dialihgunakan melalui kegiatan matematika;
3) Memiliki pengetahuan dasar matematika sebagai bekal
belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP);
4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan
disiplin.
Tujuan-tujuan
khusus pengajaran matematika di SD tadi meruapakan realisasi dari fungsi
matematika baik sebagai alat, sebagai pola piker, maupun sebagai ilmu. Namun
rasanya ada satu hal yang perlu kita garis bawahi dari tujuan khusus pengajaran
matematika di SD ini, yaitu tentang perlu adanya usaha-usaha dari kita sebagai
guru di SD untuk membina keterampilan matematika, khususnya keterampilan
berhitung.
Perlu kita ketahui, bahwa tujuan
umum matematika di jenjang pendidikan dasar adalah tujuan yang paling umum.
Sedangkan tujuan-tujuan yang lebih khusus yang merupakan tujuan pengajaran
matematika di SD merupakan tujuan tujuan intitusional pendidikan matematika di
SD. Kesemua tujuan itu bersifat dinamis dan cukup luwes sesuai dengan tuntutan
yang mungkin muncul. Namun demikian, secara umum setiap.
setiap
tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran matematika pada dasarnya
merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai hasil dari proses pembelajaran
matematika tersebut. Karenanya sasaran tujuan pembelajaran matematika tersebut
dianggap tercapai bila siswanya telah memiliki sejumlah pengetahuan dan
kemampuan di bidang matematikanya.
Sasaran pembelajaran matematika
di SD :
a) Pembentukan keterampilan menerapkan matematika
dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu lain.
b) Penataan nalar yang logis dan rasional
c) Pembentukan sikap kritis, cermat, dan jujur.
Kemampuan matematika yang
diharapkan :
a) Kemampuan melakukan pengerjaan hitung dasar ( +, -,
x, : ) dengan capat dan benar, termasuk kemampuan menggunakan urutan-urutan
pengerjaan hitung tertentu (algoritma).
b) Kemampuan menggunakan sifat-sifat sederhana dalam
menyelesaikan soal. Misalnya mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang
ditanyakan, cara-cara menjawab, serta mencari alternative lain dari suatu
penyelesaian.
c) Kemampuan mengenal dan menyusun suatu pola atau
keteraturan, misalnya pola bilangan tertentu.
d) Kemampuan menunjukkan bangun-bangun datar dan
bangun-bangun ruang yang sederhana.
e) Kemampuan melakukan pengukuran-pengukuran dan
perhitungan yang sederhana mengukur panjang, keliling, luas, berat, volume,
sudut, dan waktu.
f) Kemampuan menyimpulkan, mengolah, menyajikan,
membaca, dan menafsirkan data yang sederhana.
g) Kemampuan memecahkan masalah melalui analisis
sederhana, yaitu menuliskan yang diketahui, yang ditnayakan, dan pengerjaan,
sehingga membentuk model matematika yang sederhana.
2.3 Media
Dalam
proses belajar mengajar, media mempunyai peranan yang penting. Sebab dengan
adanya media bahan mudah dipahami oleh siswa.
Media dapat dklasifikasikan
menadi tiga golongan yaitu :
1. Media
Visual
Media
visual merupakan media yang hanya dapat dipandang. Media ini dapat dibagi
menjadi dua yaitu:
a) Media visual yang tidak diproyeksikan
Media
visual yang tidak diproyeksikan adalah media yang tidak dapat dipantulkan pada
layar. Hal itu karena yang dipakai tidak transparan atau tidak tembus cahaya.
Walaupun demikian, media ini paling banyak digunakan oleh guru, karena mudah
membuatnya dan penggunaannya.
Faktor-faktor yang mendukung
digunakannya media ini antara lain daerah terpencil, belum adanya listrik,
kurangnya dana dan peralatan yang tersedia.
Beberapa media yang termasuk
jenis ini antara lain
1) Gambar mati atau gambar diam
Gambar mati mungkin berupa foto,
dicetak atau dilukis. Gambar gambar mati dapat diperoleh dari majalah, surat
kabar atau memotret objek yang sesuai dengan bahan yang akan diajarkan.
2) Ilustrasi
Ilustrasi adalah gambar atau
wujud lain yang menyertai teks. Jadi tujuan ilustrasi adalah memperjelas teks
atau buku cetakan yang diterbitkan.
3) Karikatur
Karikatur adalah gambar yang
disederhanakan bentuknya dan biasanya berisi sindiran.
Karikatur dapat digunakan sebagai
media komunikasi untuk semua tingkatan social, mulai dari orang-orang yang
tidak bersekolah sampai masyarakat yang berpendidikan tinggi.
4) Poster
Poster merupakan gambar yang
dipadukan dengan unsur-unsur visual lain seperti garis, gambar dan kata-kata
singkat dengan maksud menarik perhatian dan mengkomunikasikan pesan secara
efektif. Karena itu poster biasanya menggunakan warna-warna yang menarik agar
mendapat perhatian.
5) Bagan
Bagan adalah gambaran sesuatu
yang dilukiskan dengan garis, gambar dan kata-kata. Tujuannya untuk meragakan
adanya hubungan, perkembangan atau perbandingan.
6) Diagram
Diagram adalah suatu gambaran
dari suatu objek atau proses.
7) Grafik
Grafik adalah pemakaian
lambing-lambang visual seperti garis, titik-titik, gambar atau bentuk-bentuk
tertentu sehingga menarik dan mudah difahami.
8) Peta
Peta adalah permukaan bumi jika
dilihat dari atas dengan skala tertentu.
b) Media visual yang diproyeksikan
Media
ini dapat diproyeksikan (dipantulkan) pada layar, karena bahan yang dipakai
tembus cahaya (transparan).
Media
ini dapat diproyeksikan pada berbagai jenis proyektor, antara lain pada : Over
Head Projector (OHP), slide proyektor, film strip projector. Yang diproyeksikan
pada layar dapat berupa tulisan, grafik, gambar, peta, diagram, dan lain-lain.
2. Media
Audio
Media
audio merupakan jenis media yang hanya dapat didengar. Media ini perlu
dipelajari karena dalam menerima pelajaran dari guru, siswa selalu
mendengarkan. Adanya media ini diharapkan dapat mengurangi kejenuhan.
Bentuk-bentuk
program audio antara lain : wawancara, berita radio, warta berita, drama radio,
diskusi, seminar, dan lain-lain.
3. Media
Audio-Visual
Media
ini selain dapat didengar juga dapat dipandang (dilihat, diamati). Contoh :
slide suara dan televise.
Slide
suara merupakan media visual yang diiringi suara, orang sering menyebut film
bingkai. Slide suara menampilkan gambar-gambar mati (tidak bergerak) tetapi
diiringi komentar (suara).
Televise
(TV) merupakan suatu media yang menampilkan gambar yang bergerak. Adapun sumber
gambar dan suaranya dari jarak jauh yang dapat dihadirkan di sekolah, di rumah
dan lain-lain melalui layer kaca.
Menurut
Miarso (dalam Raharjo), 1986:48) memberikan batasan media pengajaran sebagai
segala siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Menurut
Raharjo ( 1986:51) bahwa media memiliki nilai-nilai praktis berupa kemampuan
untuk :
1. Membuat konsep yang abstrak menjadi konkrit,
misalnya untuk menjelaskan sistem peredaran darah.
2. Membawa objek yang berbahaya dan sulit, misalnya
untuk menjelaskan sistem buas, bola bumi, dan sebagainya.
3. Menampilkan objek yang terlalu besar, seperti candi
borobudur.
4. Menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan
mata telanjang, seperti microorganisme.
5. Mengamati gerakan yang terlalu cepat, misalnya
dengan slow motion
6. Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan
lingkungannya.
7. Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi
bagi pengalaman belajar.
8. Membangkitkan motivasi belajar
9. Memberi kesan perhatian individual untuk seluruh
anggota kelompok belajar.
10. Menyatikan informasi belajar secara konsisten dan
dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.
11. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan
dapat diulang maupun disimpan menurut ruang.
12. Menontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.
Menurut
pendapat Ely (dalam Danim, 1994:13) menyebutkan manfaat media dalam pengajaran
adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan mutu pendidikan dengan cara
meningkatkan kecepatan belajar (rate of learning), membantu guru untuk
menggunakan waktu belajar siswa secara baik, mengurangi beban guru dalam
menyajikan informasi dan membuat guru lebih terarah untuk meningkatkan semangat
belajar.
b. Memberi kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih
individual dengan jalan memperkecil atau mengurangi control yang tradisional
dan kaku, memberi kesempatan luas kepada anak untuk berkembang menurut
kemampuannya serta memungkinkan mereka belajar menurut cara yang
dikehendakinya.
c. Memberi dasar pengajaran yang lebih ilmiah dengan
jalan menyajikan/merencanakan program pengajaran yang logis yang sistematis,
mengembangkan kegiatan pengajaran melalui penelitian, baik sebagai pelengkap
maupun sebagai terapan.
d. Pengajaran dapat dilakukan secara mantap karena
meningkatnya kemampuan manusia untuk memanfaatkan media komunikasi, informasi
dan data secara lebih konkrit dan rasional.
e. Meningktakan terwujudnya kedekatan belajar (immediacy
learning) karena media pengajaran dapat menghilangkan atau mengurangi
jurang pemisah antara kenyataan di luar kelas dan didalam kelas serta
memberikan pengetahuan langsung.
f. Memberikan penyajian pendidikan lebih luas,
terutama melalui media massa, dengan jalan memanfaatkan secara bersama dan
lebih luas peristiwa-peristiwa langka dan menyajikan informasi yang tidak
terlalu menekankan batas ruang dan waktu.
Menurut
Bretz (dalam Raharjo, 1986:52) mengklasifikasi media menurut cirri utama media
menjadi tigas unsure, yaitu suara, visual, dan gerak. Selanjutnya, klasifikasi
tersebut dikembangkan menjadi tujuh kelompok, yaitu :
a. Media audio-visual-gerak ; merupakan media paling
lengkap karena menggunakan kemampuan audio-visual dan gerak.
b. Media audio-visual-diam ; memiliki kemampuan
audio-visual tanpa kemampuan gerak.
c. Media audio-semi-gerak ; menampilkan suara dengan
disertai gerakan titik secara linear dan tidak dapat menampilkan gambar nyata
secara utuh.
d. Media visual-gerak ; memiliki kemampuan visual dan
gerakan tanpa disertai suara.
e. Media visual-diam ; memiliki kemampuan menyampaikan
informasi visual tetapi tidak menampilkan suara maupun gerak.
f. Media audio ; media yang hanya memanipulasi
kemampuan mengelaurkan suara saja.
g. Media cetak ; media yang hanya mampu menampilkan
informasi berupa huruf-huruf dan symbol-simbol verbal tertentu saja.
Menurut Sadiman dkk 2002:6, media
sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan
pengirim pesa kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang pildran,
perasaan, perhatian, dan minat serta efesien sesuai dengan yang diharpkan.
Menurut Achsin (1986:17-18)
menyatakan bahwa tujuan pengguaan media pengajaran adalah (1) agar proses
belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan tepat guna
berdaya guna, (2) untuk mempermudah bagi guru/pendidik dalam menyampaikan
informasi materi kepada anak didik, (3) untuk mempermudah bagi anak didik dalam
menyerap atau menerima serta memahami materi yang telah disampaikan oleh
guru/pendidik, (4) untuk dapat mendorong keinginan anak didik untuk mengetahui
lebih banyak dan mendalam tentang materi atau pean yang disampaikan oleh
guru/pendidik, (5) untuk menghidarkan salah pengertian atau salah paham antara
anak didik yang satu dengan yang lain terhadap pesan yang disampaikan oleh
guru/pendidik.
Menurut Sudjana, dkk (2002:2)
menyatakan tujuan pemanfaatan media adalah (1) pengajaran akan lebih menarik
perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi, (2) bahan pelajaran akan
lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami, (3) metode mengajar akan
lebih bervariasi, dan (4) siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar.
Jadi yang dapat disimpulkan bahwa tujuan penggunaan media adalah (1)
efektivitas dan efesiensi dalam kegiatan belajar mengajar, (2) meningkatkan
motivasi belajar siswa, (3) variasi metode pembelajaran, dan (4) peningkatan
aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Sadiman, dkk. (2002:16),
media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera,
misalnya (1) obyek yang terlalu besar bias digantikan dengan realita, gambar,
film, atau model, (2) obyek yang kecil bias dibantu dengan menggunakan
proyektor, gambar, (3) gerak yang terlalu komplek (misalnya mesin-mesin) dapat
disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan (6) konsep yang terlalu
luas (misalnya gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat
divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan lain-lain.
2.4 Pengertian Belajar
Belajar
dalam arti yang luas adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam
bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan
nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar dalam berbagai dasar yang terdapat
dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan
atau pengalaman yang terorganisasi. Proses disini maksudnya adalah adanya
interaksi antara individu dengan suatu sikap, nilai atau kebiasaan, pengetahuan
dan keterampilan dalam hubungannya dengan dunianya sehingga individu itu
berubah.
Pengertian belajar secara
komprehensif menurut pendapat Bell-Gredler (1986 : 1) yang menyatakan belajar
adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies,
skills, and attitudes. Kemampuan (competencies), keterampilan
(skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara
bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui
rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
Menurut
pendapat Fontana (1981), mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan yang
relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.
Menurut
pendapat Gagne (1985) juga menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan
dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan.
Menurut
pendapat Bower dan Hilgard (1981), yaitu bahwa belajar mengacu pada perubahan
perilaku atau potensi individu sebagai hasil dari pengalaman dan perubahan
tersebut tidak disebabkan oleh insting, kematangan atau kelelahan dan
kebiasaan.
2.5 Objek
Pembelajaran Matematika SD
Objek
dasar yang dikaji dalam pembelajaran matematika adalah objek abstrak yang dapat
berupa fakta, konsep, operasi/keterampilan, dan prinsip. Keempat objek dasar
matematika yang tersebar mulai dari kelas I sampai kelas VI.
Menurut
Prof. Robert M. Gagne seorang ahli psikologi yang telah menggunakan matematika
sebagai medium untuk menguji dan menggunakan teori belajar dalam pengembangan
kurikulum pembelajaran matematika (Proyek Matematika Universitas Maryland),
bahwa dalam pembelajaran matematika ada dua objek, yaitu :
1. Objek langsung belajar matematika
1) Fakta (fact)
2) Operasi atau keterampilan (skill)
3) Konsep (concepts)
4) Prinsip atau aturan (principles)
2. Objek tidak langsung belajar matematika
1) Kemampuan menyelidiki (inquiry ability)
2) Kemampuan memecahkan masalah (problem solving)
3) Disiplin diri (self dicipline)
4) Bersikap positif (apresiasi) terhadap matematika
(appreciation of mathematics).
5) Tahu bagaimana semestinya belajar (transfer of
learning)
Objek-objek
langsung belajar matematika adalah empat kategori yang juga merupakan empat
kategori isi matematika, sedangkan objek tidak langsung merupakan manfaat tidak
langsung belajar matematika.
1) Fakta
Fakta matematika adalah konvensi
(kesepakatan) dalam matematika seperti lambing-lambang dalam matematika.
Misalnya angka (lambing/symbol bilangan)ruas garis, sudut dan notasi-notasi
lainnya. Angka “3” dengan kata “tiga” keduanya merupakan fakta tanda “<”
dengan kata “sudut” juga merupakan fakta, demikian pula pula notasi “+”
(plus/tambah) merupakan fakta. Fakta dipelajari melalui berbagai teknik seperti
menghapal, latihan, permainan, informasi, dan sebagainya. Seseorang sudah
dipanjang belajar fakta, apabila sudah dalam berbagai situasi yang berbeda.
2) Operasi atau Keterampilan
Keterampilan matematika adalah
operasi dan prosedur, sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk melakukan atau
memberikan jawaban dengan cepa dan tepat. Misalnya pembagian cara panjang,
penjumlahan pecahan, perkalian pecahan decimal, membagi pecahan decimal, dan
prosedur algoritma lainnya. Sedangkan dalam geometri keterampilan matematika
itu diantaranya membagi ruas garis menjadi dua bagian sama panjang, membagi
sudut menjadi dua bagian sama besar, melukis sudut siku-siku, dan sebagainya.
Siswa dianggap telah menguasai keterampilan, apabila merka telah dapat
mendemonstrasikan keterampilan secara tepat dan benar dalam menyelesaikan berbagai
jenis soal.
3) Konsep
Konsep dalam matematika adalah
ide abstrak yang dapat digunakan yang memungkinkan, yang memudahkan orang dapat
mengelompokkan suatu objek atau kejadian kedalam contoh atau bukan contoh.
Segitiga, jari-jari, kubus, ketidaksamaan, eksponen (pangkat) adalah beberapa
contoh konsep dalam matematika. Seseorang yang telah mempelajari persegi, akan
mampu mengelompokkan bangun-bangun yang merupakan persegi dan yang bukan
persegi. Seseorang yang telah memahami konsep akan mampu memisahkan contoh-contoh
konsep tersebut dan yang bukan contoh-contoh konsep tersebut.
4) Prinsip atau Aturan
Prinsip atau aturan atau adil
adalah objek yang paling kompleks dan paling abstrak. Aturan ini dapat berupa
sifat atau teori atau adil. Aturan merupakan rangkaian konsep dan fakta serta
hubungan di antara konsep-konsep tersebut. “Jumlah dua bilangan ganjil adalah
genap” adalah contoh sebuah aturan. Dalam contoh ini melibatkan beberapa konsep
dan hubungan di antara konsep-konsep itu. Untuk mengerti dalil atauran ini.
Seseorang harus telah memahami konsep bilangan ganjil, konsep bilangan genap,
dan konsep bilangan bulat.
2.6 Strategi
Pembelajaran Matematika di SD
Dalam
pembelajaran matematika di SD, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi,
pendekatan, metode, dan teknik yang banyak melibatkan siswa aktif dalam
belajar, baik secara mental, fisik, maupun social. Dalam matematika belajar
aktif tidak harus selalu dibentuk kelompok, belajar aktif dalam kelas yang
cukup besarpun bias terjadi, dalam pembelajaran matematika siswa dibawa kea rah
mengamati, menebak, berbuat, mencoba, mampu menjawab pertanyaan mengapa, dan
kalau mungkin mendebat. Prinsip belajar aktif inilah yang diharapkan dapat
menumbuhkan sasaran pembelajaran matematika yang kreatif dan kritis.
Menurut
petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di SD, bahwa penerapan strategi
yang dipilih dalam pengajaran matematika haruslah tertumpuk pada dua hal, yaitu
optimalisasi interaksi semua unsure pembelajaran, serta optimalisasi
keterlibatan seluruh indra siswa. Dengan demikian memberi rupa hingga
melibatkan semua indra siswa secara optimal.
Pengajaran
bahan ajar perlu beragam, bahkan mungkin tidak harus terus-menerus dilaksanakan
di dalam kelas, tetapi sekali-kali kita melaksanakan pembelajaran matematika di
luar kelas. Kreativitas guru amat penting untuk mengembangkan model-model
pembelajaran yang secara khusus cocok dengan kelas yang dibinanya termasuk
sarana dan prasarananya.
Dengan
peningkatan optimalisasi interaksi dalam pembelajaran matematika, untuk pokok
bahasan/sub pokok bahasan tertentu yang memungkinkan dapat kita capai dengan
pendekatan penemuan, pemecahan masalah, atau penyelidikan. Demikian pula dengan
soal-soal untuk balikan atau tugas dapat berupa soal yang mengarah pada jawaban
lebih dari satu cara untuk menyelesaikannya, dan memungkinkan siswa untuk
mencoba dengan berbagai cara sepanjang cara tersebut benar.
Penekanan
pembelajaran matematika tidak hanya pada melatih keterampilan dan hafal fakta,
tetapi pada pemahaman konsep. Tidak hanya kepada “bagaimana” suatu soal harus
diselesaikan, tetapi juga pada “mengapa” soal tersebut diselesaikan dengan cara
tertentu. Dalam mengingat obyek matematika adalah abstrak, sedangkan siswa,
lebih-lebih siswa usia SD masih berfikir konkret.
2.7 Teori-Teori
Belajar Matematika
Jerome
S.Buner dari Universitas Harvard menjadi sangat terkenal dalam dunia pendidikan
umumnya dan pendidikan matematika khususnya. Ia telah menulis hasil studinya
tentang “perkembangan belajar”, yang merupakan suatu cara untuk mendefinisikan
belajar. Brunner menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami atau
mengenal peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan cara untuk
menyetakan kembali peristiwa atau benda tersebut di dalam pikirannya, yaitu
suatu model mental tentang peristiwa atau benda yang dialaminya atau
dikenalnya.
Menurut
Bruner, hal-hal tersebut dapat dinyatakan sebagai proses belajar yang terbagi
menjadi tiga tahapan, yaitu :
1) Tahap Enaktif atau tahap Kegiatan (Enactive)
Tahap pertama anak belajar konsep
adalah berhubungan dengan benda-benda real atau mengalami peristiwa di dunia
sekitarnya. Pada tahap ini anak masih dalam gerak refleks dan coba-coba, belum
harmonis. Ia memanipulasikan, menyusun, menjejerkan, mengutak-atik, dan
bentuk-bentuk gerak lainnya.
2) Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic)
Pada tahap ini, anak telah
mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam ventuk bayangan
mental. Dengan kata lain anak dapat membayangkan kembali atau memberikan
gambaran dalam pikirannya tentang benda atau peristiwa yang dialami atau
dikenalnya pada tahap enaktif, walaupun peristiwa itu telah berlalu atau benda
real itu tidak lagi berada di hadapannya.
3) Tahap Simbolik (Simbolic)
Pada tahap terakhir ini anak
dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam bentuk simbul dan bahsa.
Apabila ia berjumpa dengan suatu simbul, maka banayangan mental yang ditandai
oleh simbul itu akan dapat dikenalnya kembali. Ada tahap ini anak sudah mampu
memahami simbul-simbul dan menjelaskan dengan bahasanya,
- Tahap 1. Setiap kita melakukan pembelajaran tentang
konsep, fakta atau prosedur dalam matematika yang bersifat abstrak biasanya
diawali dari persoalan sehari-hari yang sederhana (peristiwa di dunia
sekitarnya), atau menggunakan benda-benda real/nyata/fisik. (kita mengenalnya
sebagai model konkret).
- Tahap 2. Setelah memanipulasikan benda secara nyata
melalui persoalan keseharian dari dunia sekitarnya, dilanjutkan dengan
membentuk modelnya sebagai bayangan mental dari benda atau peristiwa keseharian
tersebut. Model matematika di sini berupa gambaran dari banyangan. (Model semi
kongkrit atau model semi abstrak).
- Tahap 3. Pada tahap ke-3 kongkrit atau model semi
abstrak). Digunakan simbul-simbul (lambing-lambang) yang bersifat abstrak
sebagai wujud dari bahasa matematika.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Desain
Penelitian
Dalam
penelitian ini menggunakan desain permodelan dalam menyampaikan materi
pembelajaran terhadap siswa dikelas I SD khususnya pada materi pelajaran bangun
datar dan bangun ruang, dimana penjelasan langsung dari gru sehubungan dengan
tindakan dalam proses pembelajaran.
Untuk
itulah benda-benda yang dijadikan permodelan seperti bangun datar Bujur
Sangkar, Segitiga dan Bola, akan diperlihatkan kepada siswa secara langsung
dapat diidentifikasi secara tepat. Tes hasil belajar dilakukan terhadap siswa
kelas I SD sebanyak 39 Orang dengan dua tahapan sekelas yaitu tahapan uji
kompetensi tes perbuatan dengan memberikan tes unjuk kerja pemberian soal isian
singkat yaitu mengidentifikasi benda bangun datar dan bangun ruang. Dan tahapan
uji kompetensi tertulis, selanjutnya menentukan pengelompokkan siswa yang
dikategorikan lemah, sedang atau pandai dalamproses pembelajaran.
3.2 Lokasi
Dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi
Penelitian
Lokasi
penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu di SD Harapan Bangsa khususnya di
kelas I SD
3.2.2 Waktu
Penelitian
Waktu
yang digunakan dalam penelitian terhadap siswa kelas I SD di SD Harapan Bangsa
yaitu dimulai bulan Mei hingga bulan Juni
3.3 Subyek
dan Obyek Penelitian
Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas I SDN Utama 2 Tarakan tahun pelajaran
2008/2009 sebanyak 40 orang. Sedangkan obyeknya adalah kompetensi dasar
matematika yang meliputi kognitif dan aktifitas pembelajaran siswa.
Adapun
nama-nama siswa yang akan dijadikan subjek atau sample dalam penelitian yaitu :
- Ahmad Fiqri Pratama
- Aldo Aprilleo Masengi
- Annisya Tarakanita
- Anugrah Sandi Pratama
- Atika Handayani
- Ayu Primadani Hadista
- Bayu Setyawan Pratama
- Danisa Alzura
- Dhea Nur Fadillah Maharani
- Dimas Rangga Pratama
- Dwi Kurniawan
- Eriana Salsabilah
- Fairly Nurahmadi Suyadi
- Fitrah Lukmanul Hakim
- Galiant Nauval Valent Jasenta
- Harmitha Putri Ardian
- Husna Dhiya Dwi Fitri
- Indah Cahyani
- Indriatno
- Isra Almubarak
- Jenni Anggraeni. S
- Junistio Nur Mut Dianto
- M. Anang Firmansyah
- Muhammad Alfiansyah
- Muhammad Fadillah Ramadani
- Muhammad Ridho Ulloh
- Nabila Putri Cahyani
- Nur Iqbal
- Oky Erlangga
- Panca Januari Yanto
- Pebriyan Pongsipulung
- Putri Eka Rizkiani
- Rahman Aer Patriawan
- Rika Andaresta
- Sanny Gidion
- Tata Dini Anygrah
- Vanes Ping
- Wira Natanegara
- Zaky Maulana Musyarof
3.4.Variabel
Penelitian
Secara
umum ada dua variable dalam penelitian ini yaitu variable bebas dan variable
terikat. Sebagai variable bebasnya adalah penerapan permodelan pembelajaran
dengan media bangun datar dan bangun ruang dalam pembelajaran kelas I,
sedangkan variable terikatnya adalah prestasi belajar matematika, pada materi
bangun datar dan bangun ruang.
3.5 Prosedur
Penelitian
Penelitian
ini adalah tindakan kelas yang berlangsung selama dua siklus. Rancangan
masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, evaluasi, dan refleksi.
Adapaun
kreteria keberhasilan untuk setiap siklus adalah jika seluruh subyek penelitian
:
- Dapat memahami materi yang sedang dipelajari
- Dapat menyelesaikan persoalan yang berkaitan
dengan materi yang dipelajari
- Senang dan aktif mengikuti pembelajaran
- Memperoleh skor pada tes akhir tindakan
minimal 60
3.6 Teknik
Pengumpulan data
Dalam
penelitian ini, prosedur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah sebagai
berikut :
- Tes pada setiap akhir tindakan, dengan tujuan
untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari setelah pemberian tindakan. Tes yang diberikan dalam bentuk tes
isian tertulis dan tes perbuatan proses jawaban siswa secara rinci.
- Observasi : Observasi dilakukan untuk
mengamati aktifitas siswa selama kegiatan penelitian, sebagai upaya untuk
mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, dan untuk mengetahui sejauh mana tindakan dapat menghasilkan
perubahan yang dikehendaki oleh peneliti. Observasi ini dilakukan oleh
peneliti selama pelaksanaan tindakan dalam dua siklus.
3.7 Teknik
Analisa Data dan Kreteria Keberhasilan
Data
aspek kognitif siswa dianalisis secara deskritif yaitu dengan menentukan nilai
rata-rata, ketuntasan individual (KI)< dan ketuntasan klasikal (KK), dengan
indicator keberhasilan nilai rata-rata mencapai lebih dari atau sama dengan 60
(KKM Matematika Kelas I SDN Utama 2 Tarakan ) dan ketuntasan klasikal lebih dari
atau sama dengan 80%. Analisa data aktivitas belajar siswa dilakukan secara
deskriptif. Criteria penggolongan aktivitas belajar disusun berdasarkan Mean
Ideal (MI) dan standar Deviasi (SDI) dengan rumus :
MI = ( Skor tertinggi ideal +
skor terendah ideal )
SDI = ( skor tertinggi ideal –
skor terendah ideal )
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
pada hasil Analisis Ulangan Harian Siswa Kelas I semester II siswa SDN Utama 2
Tarakan pada Materi Bangun Datar dan Bangun Ruang terhadap 38 orang siswa, kiranya
dapat disimpulkan antara lain:
a. Bahwa pada pembelajaran dengan menggunakan media
gambar dapat mengatasi kesulitan belajar siswa pada Materi Bangun Datar dan
Bangun Ruang di kelas
b. Bahwa pada pembelajaran dengan media gambar pada
Materi Bangun Datar dan Bangun Ruang mampu membangkitkan minat dan motivasi
belajar siswa di SD Harapan Bangsa.
c. Pada hasil Analisis Ulangan Harian Siswa selama 2
siklus, hal ini menunjukkan keberhasilan proses belajar mengajar pada materi
Bangun Datar dan Bangun Ruang di SD Harapan Bangsa.
B. Saran-saran
Berdasarkan
pada hasil penelitian tersebut di atas, maka ada beberapa saran yang perlu
penulis sampaikan, diantaranya :
a. Guru Matematika yang mengajar di kelas I khususnya
pada Materi Bangun Datar dan Bangun Ruang sebaiknya menggunakan media gambar
pada saat mengadakan tes hasil belajar siswa.
b. Terhadap guru Matematika, sebaiknya menjelaskan
Materi Bangun Datar dan Bangun Ruang sebaiknya tidak hanya mengambar di papan
tulis, namun sebaiknya menggunakan permodelan Bangun Datar atau dengan
menggunakan Media gambar, agar supaya murid lebih termotivasi dalam
pembelajaran.
c. Untuk guru Matematika, dalam menjelaskan Materi
Bangun Datar dan Bangun Ruang sebaiknya dapat menggunakan benda-benda di
lingkungannya sebagai pengenalan pengganti bentuk Bangun Datar dan Bangun
Ruang.
DAFTAR
PUSTAKA
Darman Flavianus, Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2004 tentang System Pendidikan Nasional, Cet-I, Penerbit
Visimedia, Jakarta, 2007.
M. Khafid dan Suyati, Penekanan
Matematika Pada Berhitung di Kelas 2, Penerbit Erlangga, Cet-I,
Jakarta, 2002.
Mikarsa Lestari Hera, Pendidikan
Anak di SD, Cet-IX, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta, 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar